BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sel
bakteri dan mikroorganisme lainnya diamati dengan bantuan mikroskop. Terutama
sel bakteri selain selnya sangat kecil, juga transparan dan tidak berwarna.
Setelah metode pewarnaan diketahui dan dikembangkan. Pengamatan bakteri menjadi
lebih muda. Bahkan hasil pewarnaan itu dapat digunakan untuk pewarnaan lebih
lanjut dan mendalam. Diantaranya digunakan dalam penentuan jenis atau
identifikasi. Banyak metode pewarnaan yang dapat dilakukan dan setiap metode
mempunyai tujuan-tujuan tertentu
Salah satu teknik pewarnaan yang cukup sering digunakan adalah pewarnaan
gram.Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah salah satu teknik pewarnaan yang
paling penting dan luas yang digunakan untuk mengidentifikasi bakteri. Dalam proses
ini, olesan bakteri yang sudah terfiksasi dikenai larutan-larutan
berikut : zat pewarna kristal violet, larutan yodium, larutan alkohol
(bahan pemucat), dan zat pewarna tandingannya berupa zat warna safranin atau
air fuchsin. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark
Hans Christian Gram (1853–1938) yang mengembangkan teknik ini
pada tahun 1884 untuk membedakan
antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae.
Bakteri yang terwarnai dengan metode ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
bakteri Gram Positif dan Bakteri Gram Negatif. Bakteri Gram positif akan
mempertahankan zat pewarna kristal violet dan karenanya akan tampak berwarna
ungu tua di bawah mikroskop. Adapun bakteri gram negatif akan kehilangan zat
pewarna kristal violet setelah dicuci dengan alkohol, dan sewaktu diberi zat
pewarna tandingannya yaitu dengan zat pewarna air fuchsin atau safranin akan
tampak berwarna merah. Perbedaan warna ini disebabkan oleh perbedaan dalam struktur
kimiawi dinding selnya.
Vibrio merupakan
patogen oportunistik yang dalam keadaan normal ada dalam lingkungan
pemeliharaan, kemudian berkembang dari sifat yang saprofitik menjadi patogenik
jika kondisi lingkungannya memungkinkan. Bakteri vibrio yang patogen dapat
hidup di bagian tubuh organisme lain baik di luar tubuh dengan jalan menempel,
maupun pada organ tubuh bagian dalam seperti hati, usus dan sebagainya.
Vibrio sp. tampak pada mikroskop berbentuk batang bengkok berwarna merah
(bacil gram negative), berukuran 1-3x0,4 – 0,6 mikron, tidak berspora, tidak
berkapsul, bergerak dengan flagella satu kutub, tetapi tidak begitu panjang
danflagella ini berakar dalam sitoplasma kuman.
Isolasi
bakteri adalah proses mengambil bakteri dari medium atau lingkungan asalnya dan
menumbuhkannya di medium buatan sehingga diperoleh biakan yang murni. Bakteri
dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya harus menggunakan prosedur
aseptik. Aseptik berarti bebas dari sepsis, yaitu kondisi terkontaminasi karena
mikroorganisme lain. Ada berbagai cara untuk mengisolasi bakteri dalam
biakan murni yaitu, cara pengenceran, cara penuangan, cara penggesekan atau
penggoresan, cara penyebaran, cara pengucilan 1 sel, dan cara inokulasi pada
hewan. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1
Apa yang dimaksud dengan Bakteri ?
1.2.2
Apa Keuntungan dan Kerugian Bakteri bagi kehidupan Manusia?
1.2.3
Penyakit – penyakit apa saja yang disebabkan
oleh Bakteri Escherichia coli ?
1.3
Tujuan dan Manfaat
1.3.1
Mengetahui tentang yang dimaksud dengan
Bakteri
1.3.2
Mengetahui Keuntungan dan kerugian Bakteri
bagi kehidupan Manusia.
1.3.3
Mengetahui secara detail salah satu penyakit
yang disebabkan oleh Bakteri.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Kerusakan bahan pangan dapat
disebabkan oleh faktor – faktor sebagai berikut : pertumbuhan dan aktivitas
mikroba terutama bakteri, kapang, khamir, aktivitas enzim – enzim di dalam
bahan pangan, serangga, parasit dan tikus, suhu termasuk oksigen, sinar dan
waktu. Mikroba terutama bakteri, kapang dan khamir penyebab kerusakan pangan
yang dapat ditemukan dimana saja baik di tanah, air, udara, di atas bulu ternak
dan di dalam usus (Muchtadi, 1989 ).
Tumbuhnya bakteri, kapang dan khamir
di dalam bahan pangan dapat mengubah komposisi bahan pangan. Beberapa
diantaranya dapat menghidrolisa pati dan selulosa atau menyebabkan fermentasi
gula sedangkan lainnya dapat menghidrolisa lemak dan menyebabkan ketengikan
atau dapat mencerna protein dan menghasilkan bau busuk atau amoniak. Bakteri,
kapang dan khamir senang
akan keadaan yang hangat dan lembab. Sebagian besar bakteri
mempunyai pertumbuhan antara 45 – 55oC dan disebut golongan bakteri
thermofilik. Beberapa bakteri mempunyai suhu pertumbuhannya antara 20 – 45oC
disebut golongan bakteri mesofilik, dan lainnya mempunyai suhu pertumbuhan
dibawah 20Oc disebut bakteri psikrofilik ( Muchtadi, 1989).
Umumnya bakteri membutuhkan air
(Avalaible Water) yang lebih banyak dari kapang dan ragi. Sebagian besar dari
bakteri dapat tumbuh dengan baik pada aw mendekati 1,00. Ini berarti bakteri
dapat tumbuh dengan baik dalam konsentrasi gula dan garam yang rendah kecuali
bakteri – bakteri yang memiliki toleransi terhadap konsentrasi gula dan garam
yang tinggi. Media untuk sebagian besar bakteri mengandung gula tidak lebih
dari 1% dan garam tidak lebih dari 0,85% (larutan garam fisiologis).
Konsentrasi gula 3% - 4% dan garam 1 – 2% dapat menghambat pertumbuhan beberapa
jenis bakteri (Muchtadi,1989).
Bakteri tumbuh dengan cara pembelahan
biner, yang berarti satu sel membelah menjadi dua sel. Waktu generasi yaitu
waktu yang dibutuhkan oleh sel 2 untuk membelah, bervariasi tergantung dari
spesies dan kondisi pertumbuhan. Semua bakteri yang tumbuh pada makanan
bersifat heterotropik yaitu membutuhkan zat organik untuk pertumbuhannya. Dalam
metabolismenya bakteri heterotropik menggunakan protein, karbohidrat, lemak dan
komponen makanan lainnya sebagai sumber karbon dan energi untuk pertumbuhannya.
Jika tumbuh pada bahan pangan, bakteri dapat menyebabkan berbagai
perubahan pada penampakan maupun komposisi kimia dan cita rasa
bahan pangan tersebut. Perubahan yang dapat terlihat dari luar yaitu perubahan
warna, pembentukan lapisan pada permukaan makanan cair atau padat, pembentukan
lendir, pembentukan endapan atau kekeruhan pada miniman, pembentukan gas, bau
asam, bau alkohol, bau busuk dan berbagai perubahan lainnya (Fardiaz, 1992).
Syarif dan Halid (1993) menyatakan
bahwa identifikasi jenis bakteri berdasarkan sifat morfologi, biokimia,
fisiologi dan serologi adalah sebagai berikut :
1. Bakteri gram
positif
a. Kokus
- Katalase positif : Staphylococcus.
- Katalase negatif : Streptococcus,
Leuconostoc, Pediococcus.
b. Batang
- Anaerobik atau fakultatif anaerobik : Clostridium
botulinum, Lactobacillus, Propionic bacterium
- Aerobik : Bacillus
2. Bakteri gram
negatif
a. Fermentatif
( Batang ) : Proteus, Escherisia coli, Enterobacter.
b. Non fermentatif ( spiral / batang )
: Pseudomonas, Aclaligenes.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Definisi
Bakteri adalah suatu organisme yang jumlahnya paling banyak dan
tersebar luas dibandingkan dengan organisme lainnya di bumi. Bakteri umumnya
merupakan organisme uniseluler (bersel tunggal), prokariota/prokariot, tidak
mengandung klorofil, serta berukuran mikroskopik (sangat kecil).
Bakteri berasal dari kata bahasa latin yaitu bacterium. Bakteri
memiliki jumlah spesies mencapai ratusan ribu atau bahkan lebih. Mereka ada di
mana-mana mulai dari di tanah, di air, di organisme lain, dan lain-lain juga
berada di lingkungan yang ramah maupun yang ekstrim.
Bakteri pertama ditemukan oleh Anthony
van Leeuwenhoek pada 1674 dengan menggunakan mikroskop buatannya sendiri.
Istilah bacterium kemudian diperkenalkan oleh Ehrenberg pada tahun 1828,
diambil dari kata Yunani baktnpiov yang memiliki arti "small stick".
Bakteri, dari kata Latin bacterium (jamak, bacteria), adalah kelompok terbanyak
dari organisme hidup. Mereka sangatlah kecil (mikroskopik) dan kebanyakan
uniselular (bersel tunggal), dengan struktur sel yang relatif sederhana tanpa
nukleus/inti sel, cytoskeleton, dan organel lain seperti mitokondria dan
kloroplas. biasanya hanya berukuran 0,5-5 μm, meski ada jenis dapat menjangkau
0,3 mm dalam diameter (Thiomargarita). Mereka umumnya memiliki dinding sel,
seperti sel tumbuhan dan jamur, tetapi dengan komposisi sangat berbeda
(peptidoglikan).
3.1.1 Ciri – ciri Bakteri
Bakteri
memiliki ciri-ciri yang membedakannnya dengan mahluk hidup lain yaitu :
a. Organisme
multiselluler Prokariot (tidak memiliki membran inti sel ) Umumnya tidak
memiliki klorofil.
b. Memiliki ukuran tubuh
yang bervariasi antara 0,12 s/d ratusan mikron umumnya memiliki ukuran
rata-rata 1 s/d 5 mikron.
c. Memiliki bentuk tubuh yang beraneka ragam
Hidup bebas atau parasit Yang hidup di
lingkungan ekstrim seperti pada mata air panas,kawah atau gambut dinding selnya
tidak mengandung peptidoglikan Yang
hidupnya kosmopolit diberbagai lingkungan dinding selnya mengandung
peptidoglikan
3.1.2 Struktur
Bakteri
a. Struktur bakteri terbagi menjadi dua
yaitu: Meliputi dinding sel, membran plasma, sitoplasma, ribosom, dan granula
penyimpanan.
b. Struktur
tambahan (dimiliki oleh jenis bakteri tertentu) Meliputi kapsul, flagelum,
pilus, fimbria, klorosom, Vakuola gas dan endospora.
Struktur
Dasar
Struktur dasar
bakteri :
Dinding sel
tersusun dari peptidoglikan yaitu gabungan protein dan polisakarida (ketebalan
peptidoglikan membagi bakteri menjadi bakteri gram positif bila
peptidoglikannya tebal dan bakteri gram negatif bila peptidoglikannya tipis).
Membran plasma
adalah membran yang menyelubungi sitoplasma tersusun atas lapisan fosfolipid
dan protein Sitoplasma adalah cairan sel.
Ribosom adalah
organel yang tersebar dalam sitoplasma, tersusun atas protein dan RNA.
Granula penyimpanan,
karena bakteri menyimpan cadangan makanan yang dibutuhkan.
Struktur Tambahan
Kapsul atau lapisan
lendir adalah lapisan di luar dinding sel pada jenis bakteri tertentu, bila
lapisannya tebal disebut kapsul dan bila lapisannya tipis disebut lapisan
lendir. Kapsul dan lapisan lendir tersusun atas polisakarida dan air.
Flagelum atau bulu
cambuk adalah struktur berbentuk batang atau spiral yang menonjol dari dinding
sel.
Pilus dan fimbria
adalah struktur berbentuk seperti rambut halus yang menonjol dari dinding sel,
pilus mirip dengan flagelum tetapi lebih pendek, kaku dan berdiameter lebih kecil
dan tersusun dari protein dan hanya terdapat pada bakteri gram negatif. Fimbria
adalah struktur sejenis pilus tetapi lebih pendek daripada pilus.
Klorosom adalah
struktur yang berada tepat dibawah membran plasma dan mengandung pigmen
klorofil dan pigmen lainnya untuk proses fotosintesis. Klorosom hanya terdapat
pada bakteri yang melakukan fotosintesis.
Vakuola
gas terdapat pada bakteri yang hidup di air dan berfotosintesis.
Endospora adalah
bentuk istirahat (laten) dari beberapa jenis bakteri gram positif dan terbentuk
didalam sel bakteri jika kondisi tidak menguntungkan bagi kehidupan bakteri.
Endospora mengandung sedikit sitoplasma, materi genetik, dan ribosom. Dinding
endospora yang tebal tersusun atas protein dan menyebabkan endospora tahan terhadap
kekeringan, radiasi cahaya, suhu tinggi dan zat kimia. Jika kondisi lingkungan
menguntungkan endospora akan tumbuh menjadi sel bakteri baru.
3.1.3 Bentuk – bentuk Bakteri
Bentuk dasar
bakteri terdiri atas bentuk bulat (kokus), batang (basil),dan spiral
(spirilia).
Berbagai macam bentuk bakteri :
a.
Bakteri Kokus :
ü Monokokus yaitu berupa sel bakteri kokus tunggal
ü Diplokokus yaitu dua sel bakteri kokus berdempetan
ü Tetrakokus yaitu empat sel bakteri kokus berdempetan berbentuk
segi empat.
ü Sarkina yaitu delapan sel bakteri kokus berdempetan membentuk
kubus
ü Streptokokus yaitu lebih dari empat sel bakteri kokus berdempetan
membentuk rantai.
ü Stapilokokus yaitu lebih dari empat sel bakteri kokus berdempetan
seperti buah anggur.
b.
Bakteri Basil
ü Monobasil yaitu berupa sel bakteri basil tunggal
ü Diplobasil yaitu berupa dua sel bakteri basil
berdempetan
ü Streptobasil yaitu beberapa sel bakteri basil
berdempetan membentuk rantai
c.
Bakteri Spirilia
ü Spiral yaitu bentuk sel bergelombang
ü Spiroseta yaitu bentuk sel seperti sekrup
ü Vibrio yaitu bentuk sel seperti tanda baca koma
3.1.3 Alat
Gerak Bakteri
Alat
gerak pada bakteri berupa flagellum atau bulu cambuk adalah struktur berbentuk
batang atau spiral yang menonjol dari dinding sel. Flagellum memungkinkan
bakteri bergerak menuju kondisi lingkungan yang menguntungkan dan menghindar
dari lingkungan yang merugikan bagi kehidupannya.
Flagellum
memiliki jumlah yang berbeda-beda pada bakteri dan letak yang berbeda-beda pula
yaitu :
a.
Atrik : bakteri
yang tidak mempunyai flagel / alat gerak
b.
Monotrik :
bakteri yang mempunyai satu flagel / alat gerak pada salah satu ujung tubuhnya.
c.
Lofotrik :
bakteri yang memiliki sejumlah flagel / alat gerak pada satu ujung tubuh
bakteri.
d.
Amfitrik :
bakteri yang mempunyai sejumlah flagel / alat gerak pada kedua ujungnya.
e.
Peritrik :
bakteri yang mempunyai flagel / alat gerak pada seluruh permukaan tubuhnya.
3.1.4 Fase
– fase Pertumbuhan Bakteri
Fase pertumbuhan
bakteri adalah sebagai berikut :
a.
Fase lag adalah
fase dimana bakteri beradapatasi dengan lingkungannya dan mulai bertambah
sedikit demi sedikit.
b.
Fase logaritmik
adalah fase dimana pembiakan bakteri berlangsung paling cepat. Jika ingin
mengadakan piaraan yang cepat tumbuh, maka bakteri dalam fase ini baik sekali
untuk dijadikan inokulum.
c.
Fase stationer
adalah fase dimana jumlah bakteri yang berkembang biak sama dengan jumlah
bakteri yang mengalami kematian.
d.
Fase autolisis
(kematian) adalah fase dimana jumlah bakteri yang mati semakin banyak, melebihi
jumlah bakteri yang berkembang biak.
e.
Fase kematian
ditandai dengan cepat merananya koloni dan jumlah bakteri yang mati senantiasa
bertambah. Keadaan ini dapat berlangsung beberapa minggu bergantung pada
spesies dan keadaan medium serta faktor-faktor lingkungan
3.2
Keuntungan dan
Kerugian dari pada Bakteri.
3.2.1
Manfaat/Kegunaan Bakteri Yang
Menguntungkan Bagi Kehidupan :
a.
Membantu menyuburkan tanah dengan
menghasilkan nitrat
b.
Pengurai sisa makhluk hidup dengan
pembusukan
c.
Fermentasi dalam pembuatan makanan
dan minuman
d.
Penghasil obat-obatan seperti
antibiotic
e.
Mengurai sampah untuk menghasilkan
energi
3.2.2.
Dampak Buruk Bakteri Yang
Merugikan Bagi Kehidupan Manusia:
a.
Menyebabkan penyakit bagi makhluk
hidup termasuk manusia (bakteri parasit/patogen)
b.
Membusukkan makanan yang kita
miliki
c.
Merusak tanaman dengan serangan
penyakit yang merugikan (bakteri parasit/patogen)
d.
Menimbulkan bau yang tidak sedap
hasik aktivitas pembusukan
e.
Membuat tubuh manusia kotor
dipenuhi bakteri yang mengakibatkan bau badan.
3.3 Salah satu Penyakit
yang disebabkan oleh Bakteri Escherichia coli
Bakteri Escherichia coli dapat
menyebabkan terjadinya epidemik penyakit-penyakit saluran pencernaan makanan
seperti kolera, tifus, disentri, diare dan penyakit cacing. Bibit penyakit ini
berasal dari feses manusia yang menderita penyakit-penyakit tersebut. Indikator
yang menunjukkan bahwa air rumah tangga sudah dikotori feses adalah dengan
adanya Escherichia coli dalam air tersebut karena dalam feses manusia baik
dalam keadaan sakit maupun sehat terdapat bakteri ini dalam tubuhnya.
Bakteri Escherichia coli dapat juga
menimbulkan pneumonia, endokarditis, infeksi pada luka dan abses pada organ.
Bakteri ini juga merupakan penyebab utama meningitis pada bayi yang baru lahir
dan penyebab infeksi tractor urinarius (pyelonephritis cysticis) pada manusia
yang dirawat di rumah sakit (infeksi nosokomial). Pencegahannya dilakukan
melalui perawatan yang sebaik-baiknya di rumah sakit yaitu berupa pemberian
antibiotic dan tindakan antiseptic dengan benar.
3.3.1 Penyakit diare
Bakteri
Escherichia coli yang menyebabkan diare sangat sering ditemukan diseluruh
dunia. Bakteri ini diklasifikasikan oleh ciri khas sifat-sifat virulensinya dan
setiap grup menimbulkan penyakit melalui mekanisme yang berbeda seperti yang
sudah diutarakan. Gejalanya yaitu diare yang merupakan buang air besar yang
encer dengan frekuensi 4x atau lebih dalam sehari, kadang disertai muntah,
badan lesu atau lemah, panas, tidak nafsu makan, bahkan darah dan lender dalam
kotoran. Diare bisa menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit sehingga bayi
menjadi rewel atau terjadi gangguan irama jantung maupun perdarahan otak.
Diare adalah buang
air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah
padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau
200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar
encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa
disertai lendir dan darah.
Diare
akut adalah diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14
hari, sedang diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.
Diare dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi. Dari penyebab diare yang
terbanyak adalah diare infeksi. Diare infeksi dapat disebabkan Virus, Bakteri,
dan Parasit.
Diare akut sampai saat ini masih merupakan masalah
kesehatan, tidak saja di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penyakit
diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang
banyak dalam waktu yang singkat.
3.3.2 Penyebab
Diare Akut Infeksi Bakteri
Escherichia
coli patogen
E.
coli patogen adalah penyebab utama diare pada pelancong.
Mekanisme patogen yang melalui enterotoksin dan invasi mukosa. Ada beberapa
agen penting, yaitu :
a. Enterotoxigenic E. coli (ETEC).
b. Enterophatogenic E. coli (EPEC).
c. Enteroadherent E. coli (EAEC).
d. Enterohemorrhagic E. coli (EHEC)
e. Enteroinvasive E. Coli (EIHEC)
Kebanyakan
pasien dengan ETEC, EPEC, atau EAEC mengalami gejala ringan yang terdiri dari
diare cair, mual, dan kejang abdomen. Diare berat jarang terjadi, dimana pasien
melakukan BAB lima kali atau kurang dalam waktu 24 jam. Lamanya penyakit ini
rata-rata 5 hari. Demam timbul pada kurang dari 1/3 pasien. Feses berlendir
tetapi sangat jarang terdapat sel darah merah atau sel darah putih. Lekositosis
sangat jarang terjadi. ETEC, EAEC, dan EPEC merupakan penyakit self limited,
dengan tidak ada gejala sisa.
Pemeriksaan
laboratorium tidak ada yang spesifik untuk E coli, lekosit feses jarang
ditemui, kultur feses negatif dan tidak ada lekositosis. EPEC dan EHEC dapat
diisolasi dari kultur, dan pemeriksaan aglutinasi latex khusus untuk EHEC tipe
O157.
Terapi dengan memberikan rehidrasi yang adekuat. Antidiare
dihindari pada penyakit yang parah. ETEC berespon baik terhadap
trimetoprim-sulfametoksazole atau kuinolon yang diberikan selama 3 hari.
Pemberian antimikroba belum diketahui akan mempersingkat penyakit pada diare
EPEC dan diare EAEC. Antibiotik harus dihindari pada diare yang berhubungan
dengan EHEC.
3.3.3 Penggantian Cairan dan elektrolit
Aspek
paling penting dari terapi diare adalah untuk menjaga hidrasi yang adekuat dan
keseimbangan elektrolit selama episode akut. Ini dilakukan dengan rehidrasi
oral, dimana harus dilakukan pada semua pasien kecuali yang tidak dapat minum
atau yang terkena diare hebat yang memerlukan hidrasi intavena yang
membahayakan jiwa. Idealnya, cairan
rehidrasi oral harus terdiri dari 3,5 g Natrium klorida, dan 2,5 g Natrium
bikarbonat, 1,5 g kalium klorida, dan 20 g glukosa per liter air. Cairan seperti itu tersedia secara
komersial dalam paket-paket yang mudah disiapkan dengan mencampurkan dengan
air. Jika sediaan secara komersial tidak ada, cairan rehidrasi oral pengganti
dapat dibuat dengan menambahkan ½ sendok teh garam, ½ sendok teh baking soda,
dan 2 – 4 sendok makan gula per liter air. Dua pisang atau 1 cangkir jus jeruk
diberikan untuk mengganti kalium. Pasien harus minum cairan tersebut sebanyak
mungkin sejak mereka merasa haus pertama kalinya. Jika terapi intra vena
diperlukan, cairan normotonik seperti cairan saline normal atau laktat Ringer
harus diberikan dengan suplementasi kalium sebagaimana panduan kimia darah.
Status hidrasi harus dimonitor dengan baik dengan memperhatikan tanda-tanda
vital, pernapasan, dan urin, dan penyesuaian infus jika diperlukan. Pemberian
harus diubah ke cairan rehidrasi oral sesegera mungkin
3.3.4 Anti biotik
Pemberian
antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi, karena
40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti biotik.
Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan gejala
dan tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah,, leukosit pada feses,
mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan
jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong, dan pasien immunocompromised.
Pemberian antibiotik secara empiris dapat dilakukan, tetapi terapi antibiotik
spesifik diberikan berdasarkan kultur dan resistensi kuman.
3.3.5 Pencegahan.
Karena
penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral, penularannya dapat dicegah
dengan menjaga higiene pribadi yang baik. Ini termasuk sering mencuci tangan
setelah keluar dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan. Kotoran
manusia harus diasingkan dari daerah pemukiman, dan hewan ternak harus terjaga
dari kotoran manusia.
Karena
makanan dan air merupakan penularan yang utama, ini harus diberikan perhatian
khusus. Minum air, air yang digunakan untuk membersihkan makanan, atau air yang
digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi. Jika ada kecurigaan
tentang keamanan air atau air yang tidak dimurnikan yang diambil dari
danau atau air, harus direbus dahulu beberapa menit sebelum dikonsumsi. Ketika
berenang di danau atau sungai, harus diperingatkan untuk tidak menelan air.
Semua buah
dan sayuran harus dibersihkan menyeluruh dengan air yang bersih (air rebusan,
saringan, atau olahan) sebelum dikonsumsi. Limbah manusia atau hewan yang tidak
diolah tidak dapat digunakan sebagai pupuk pada buah-buahan dan sayuran. Semua
daging dan makanan laut harus dimasak. Hanya produk susu yang dipasteurisasi
dan jus yang boleh dikonsumsi. Wabah EHEC terakhir berhubungan dengan meminum
jus apel yang tidak dipasteurisasi yang dibuat dari apel terkontaminasi,
setelah jatuh dan terkena kotoran ternak.
Vaksinasi cukup menjanjikan dalam mencegah diare infeksius, tetapi
efektivitas dan ketersediaan vaksin sangat terbatas. Pada saat ini, vaksin yang
tersedia adalah untuk V. colera, dan demam tipoid. Vaksin kolera parenteral
kini tidak begitu efektif dan tidak direkomendasikan untuk digunakan. Vaksin
oral kolera terbaru lebih efektif, dan durasi imunitasnya lebih panjang. Vaksin
tipoid parenteral yang lama hanya 70 % efektif dan sering memberikan efek
samping. Vaksin parenteral terbaru juga melindungi 70 %, tetapi hanya memerlukan
1 dosis dan memberikan efek samping yang lebih sedikit. Vaksin tipoid oral
telah tersedia, hanya diperlukan 1 kapsul setiap dua hari selama 4 kali dan
memberikan efikasi yang mirip dengan dua vaksin lainnya.
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Diare
akut merupakan masalah yang sering terjadi baik di negara berkembang maupun
negara maju. Sebagian besar bersifat self limiting sehingga hanya perlu
diperhatikan keseimbangan cairan dan elektrolit. Bila ada tanda dan gejala
diare akut karena infeksi bakteri dapat diberikan terapi antimikrobial secara
empirik, yang kemudian dapat dilanjutkan dengan terapi spesifik sesuai dengan
hasil kultur. Pengobatan simtomatik dapat diberikan karena efektif dan cukup
aman bila diberikan sesuai dengan aturan. Prognosis diare akut infeksi bakteri
baik, dengan morbiditas dan mortalitas yang minimal. Dengan higiene dan
sanitasi yang baik merupakan pencegahan untuk penularan diare infeksi bakteri.
Pada umumnya bakteri E.Coli sama sekali tidak berbahaya. Bakteri ini bisa
ada di dalam tubuh kita untuk mencerna makanan dalam lambung. Namun saat Anda
mendapatkan terlalu banyak serangan bakteri ini, maka Anda bisa terserang
penyakit.
3.2 Saran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar