Family

Family

Kamis, 10 April 2014

Askep Dislokasi Sendi



BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Dislokasi  atau luksasio adalah  kehilangan hubungan yang normal antara kedua permukaan sendi secara komplet / lengkap ( jeffrey m.spivak et al ,1999)  terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi,  Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.
Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan me lindungin beberapa organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul. Kerangka juga berfungsi sebagai alat ungkit pada gerakan dan menye diakan permukaan untuk kaitan otot-otot kerangka. Oleh karena fungsi tulang yang sangat penting bagi tubuh kita, maka telah semestinya tulang harus di jaga agar terhindar dari trauma atau benturan yang dapat mengakibatkan terjadinya patah tulang atau dislokasi tulang.
Dislokasi terjadi saat ligarnen rnamberikan jalan sedemikian rupa sehinggaTulang berpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital).

1.2    Tujuan
1.2.1    Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran dan mengetahui tentang bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa “dislokasi “ 
1.2.2    Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu memberikan gambaran  asuhan keperawatan meliputi :
1)    Mampu memberikan gambaran tentang pengkajian kepada klien dengan dislokasi 
2)      Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan dislokasi
3)      Mampu membuat rencana keperawatan pada klien dengan dislokasi
4)    Mampu menyebutkan faktor pendukung dan penghambat dalam asuhan keperawatan pada dislokasi
1.3    Manfaat
1.3.1    Manfaat Bagi mahasiswa
            Agar mahsiswa mengetahui dan memahami cara asuhan keperawatan muskluskletal dengan diagnosa dislokasi dengan cepat dan tanggap  dan meningkatkan potensi diri sehubungan dengan  penanggulangannya
1.3.2    Manfaat bagi masyarakat
            Agar masyarakat dapat mengethui tindakan atau  intervensi tentang dislokasi dengan cepat dan tanggap
1.3.3    Manfaat bagi institusi pendidikan
            Sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa keperawatan dan menambah wawasan dalam hal pemahaman  perkembangan dan upaya  pencegahan  yang berhubungan dengan gangguan muskluskletal pada penderita dislokasi yang sebaiknya dimulai sedini mungkin.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1    Pengertian
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.
Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan,secara anatomis (tulang lepas dari sendi) (Brunner & Suddarth)Keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera.(Arif Mansyur, dkk. 2000)Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dis lokasi.( Buku Ajar Ilmu Bedah, hal 1138) Berpindahnya ujung tulang patah, karena tonus otot, kontraksi cedera dan tarikan Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi sering di temukan pada orang dewasas dan jarang di temukan pada  anak –anak, biasanya klien jatuh dengan ekerasa dalam keadaan tangan out streched . bagian distal humerus terdorong ke depan melalui kapsul anterior .misalkan oada radius dan ulna mengalami dislokasi pada posterior oleh karna itu brakhialis yang mengalmi robekan pada proseus karanoid .


2.2    Klasifikasi
Dislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
2.2.1    Dislokasi kongenital. Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.
2.2.2    Dislokasi patologik. Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang.
2.2.3    Dislokasi traumatik. Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat edema (karena mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan system vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa. Berdasarkan tipe kliniknya dibagi :
a.     Dislokasi Akut
        Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan pembengkakan di sekitar sendi
b.     Dislokasi Berulang.
        Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello femoral joint. Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang/fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.
Berdasarkan tempat terjadinya :
1.      Dislokasi Sendi Rahang
Dislokasi sendi rahang dapat terjadi karena :
a.   Menguap atau terlalu lebar.
b.   Terkena pukulan keras ketika rahang sedang terbuka, akibatnya penderita tidak dapat menutup mulutnya kembali.
2.   Dislokasi Sendi Bahu
        Pergeseran kaput humerus dari sendi glenohumeral, berada di anterior dan medial glenoid (dislokasi anterior), di posterior (dislokasi posterior), dan di bawah glenoid (dislokasi inferior).
3.   Dislokasi Sendi Siku
        Merupakan mekanisme cederanya biasanya jatuh pada tangan yang dapat menimbulkan dislokasi sendi siku ke arah posterior dengan siku jelas berubah bentuk dengan kerusakan sambungan tonjolan-tonjolan tulang siku.
4.   Dislokasi Sendi Jari
        Sendi jari mudah mengalami dislokasi dan bila tidak ditolong dengan segera sendi tersebut akan menjadi kaku kelak. Sendi jari dapat mengalami dislokasi ke arah telapak tangan atau punggung tangan.
5.      Dislokasi Sendi Metacarpophalangeal dan Interphalangeal
        Merupakan dislokasi yang disebabkan oleh hiperekstensi-ekstensi persendian.
6.   Dislokasi Panggul
        Bergesernya caput femur dari sendi panggul, berada di posterior dan atas acetabulum (dislokasi posterior), di anterior acetabulum (dislokasi anterior), dan caput femur menembus acetabulum (dislokasi sentra).
7.   Dislokasi Patella
a.   Paling sering terjadi ke arah lateral.
b.   Reduksi dicapai dengan memberikan tekanan ke arah medial pada sisi lateral patella sambil mengekstensikan lutut perlahan-lahan.
c.   Apabila dislokasi dilakukan berulang-ulang diperlukan stabilisasi secara bedah.
         Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.
2.3    Etiologi
         Dislokasi disebabkan oleh :
2.3.1    Cedera olahraga. Olahraga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta olahraga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan keeper pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.
2.3.2    Trauma yang tidak berhubungan dengan olahraga. Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi.
2.3.3    Terjatuh. Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin.
2.3.4    Patologis. Terjadinya ‘tear’ ligament dan kapsul articuler yang merupakan komponen vital penghubung tulang.
2.3    Patofisiologi
Penyebab terjadinya dislokasi sendi ada tiga hal yaitu karena kelainan congenital yang mengakibatkan kekenduran pada ligamen sehingga terjadi penurunan stabilitas sendi. Dari adanya traumatic akibat dari gerakan yang berlebih pada sendi dan dari patologik karena adanya penyakit yang akhirnya terjadi perubahan struktur sendi. Dari 3 hal tersebut, menyebabkan dislokasi sendi. Dislokasi mengakibatkan timbulnya trauma jaringan dan tulang, penyempitan pembuluh darah, perubahan panjang ekstremitas sehingga terjadi perubahan struktur. Dan yang terakhir terjadi kekakuan pada sendi. Dari dislokasi sendi, perlu dilakukan adanya reposisi


2.6    Manifestasi Klinis
            Nyeri terasa hebat .Pasien menyokong lengan itu dengan tangan sebelahnya dan segan menerima pemeriksaan apa saja .Garis gambar lateral bahu dapat rata dan ,kalau pasien tak terlalu berotot suatu tonjolan dapat diraba tepat di bawah klavikula.
2.6.1    Nyeri
2.6.2    Perubahan kontur sendi
2.6.3    Perubahan panjang ekstremitas
2.6.4    Kehilangan mobilitas normal
2.6.5    Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi
2.6.6    Deformitas
2.6.7    Kekakuan
2.7    Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium dasar, pemeriksaan kimia darah, hitung sel darah lengkap, penentuan golongan darah dan uji silang, hitung trombosit, urinalisasi,dan penentuan gula darAh, BUM dan elektrolit
2.8    Penatalaksanaan
2.8.1    Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan anastesi jika dislokasi berat.
2.8.2    Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan dikembalikan ke rongga sendi.
2.8.3    Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi dan dijaga agar tetap dalam posisi stabil.
2.8.4    Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan mobilisasi halus 3-4X sehari yang berguna untuk mengembalikan kisaran sendi
2.8.5    Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa penyembuhan.


BAB III
KONSEP ASKEP
1.      Pengkajian
1.1    Identitas klien meliputi nama ,jenis kelamin ,usia ,alamt ,agama ,bahasa yang digunakan ,stattus perkawinan ,pendidikan, pekerjaan,asuransi golongan darah ,nomor registrasi , tanggal dan jam masuk rumah sakit, (MRS) , dan diagnosis medis. Dengan fokus ,meliputi :
1.1.1    Umur , pada pasien lansia terjadi pengerasan tendon tulang sehingga menyebabkan fungsi tubuh bekerja secara kurang normal dan dislokasi cenderung terjadi pada orang dewasa dari pada anak-anak , biasanya klien jatuh dengan keras dalam keadaan strecth out
1.1.2    Pekerjaan
Pada pasien dislokasi biasanya di akibatkan oleh kecelkaan yang mengakibatkan trauma atau ruda paksa, biasaya terjadi pada klien yang mempunyai pekrjaan buruh bangunan. Seperti terjatuh , atupun kecelakaan di tempat kerja , kecelakaan industri  dan atlit olahraga, seperti pemain basket , sepak bola dll
1.1.3    Jenis kelamin
Dislokasi lebih sering di temukan pada anak laki – laki dari pada permpuan karna cenderung dari segi aktivitas yang berbeda .
 1.2   Keluhan utama
         Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien meminta pertolongan kesehatan adalah nyeri , kelemahan dan kelumpuhan ,ekstermitas , nyeri tekan otot , dan deformitas pada daerah trauma ,untuk mendapatkan pengkajian yang lengkap mengenai nyeri klien dapat menggunakan metode PQRS.

 1.3   Riwayat penyakit sekarang
         Kaji adanya riwayat trauma akibat kecelakaan pada lalu lintas ,kecelekaan industri , dan kecelakaan lain ,seperti jatuh dari pohon atau bangunan , pengkajian yang di dapat meliputi nyeri , paralisis extermitras bawah , syok .
 1.4   Riwayat penyakit dahulu
         Penyakit yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat penyakit ,seperti osteoporosis, dan osteoaritis yang memungkinkan terjadinya kelainan ,penyakit alinnya seeperti hypertensi ,riwayat cedera, diabetes milittus, penyakit jantung , anemia , obat-obat tertentu yang sering di guanakan klien , perlu ditanyakan pada keluarga klien .
 1.5   Pengkajian Psikososial dan Spiritual
         Kaji bagaimana  pola interaksi klien terhadap orang – orang disekitarnya seperti hubungannya dengan keluarga, teman dekat, dokter, maupun dengan perawat.
Pemeriksaan fisik
         Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan klien pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung pengkajian anamnesis sebaiknya dilakukan persistem B1-B6 dengan fokus pemeriksaan B3( brain ) dan B6 (bone)
1.6    Keadaan umum
         Klien yang yang mengalami cedera pada umumnya tidak mengalami penurunan kesadaran ,periksa adanya perubahan tanda-tanda vital ,yang meliputi brikardia ,hipotensi dan tanda-tanda neurogenik syok.
1.7    B3 ( brain)
1.7.1    Tingkat kesedaran pada pasien yang mengalami dislokasi adalah kompos mentis
1.7.2    Pemeriksaan fungsi selebral
Status mental :observasi penampilan ,tingkah laku gaya bicara ,ekspresi wajah aktivitas motorik klien .
1.7.3    Pemeriksaan saraf kranial
1.7.4    Pemeriksaan refleks .pada pemeriksaan refleks dalam ,reflecs achiles menghilang dan refleks patela biasanya meleamh karna otot hamstring melemah
1.8    B6 (Bone)
1.8.1    Paralisis motorik ekstermitas terjadi apabila trauma juga mengompresi sekrum gejala gangguan motorik juga sesuai dengan distribusi segmental dan saraf yang terkena
1.8.2    Look ,pada insfeksi parienum biasanya di dapatkan adanya pendarahan ,pembengkakakn dan deformitas
1.8.3    Fell , kaji adanya derajat ketidakstabilan daerah trauma dengan palpasi pada ramus dan simfisi fubis
1.8.4    Move , disfungsi motorik yang paling umum adalah kelemahan dan kelumpuhan pada daerah ekstermitas.
Klasifikasi Data
1.9    Data subjektif
1.9.1    Klien mengatakan nyeri apabila beraktivitas
1.9.2    Klien mengatakan nyeri seperti ditekan benda berat
1.9.3    Klien mengatakan  terjadi kekauan pada sendi
1.9.4    Klien mengatakan adanya nyeri pada sendi    
1.9.5    Klien mengatakan sangat lemas
1.9.6    Klien bertanya-tanya tentang keadaannya
1.9.7    Klien mengatakan susah bergerak
1.10  Data objektif
1.10.1  Klien nampak lemas
1.10.2  Wajah nampak meringis
1.10.3  Keterbatasan mobilitas
1.10.4  Skala nyeri 6 (0-10)
1.10.5  Klien nampak cemas
Analisa Data
Symptom
Etiologi
Problem
DS :
   Klien mengatakan nyeri apabila beraktivitas
   Klien mengatakan nyeri seperti ditekan benda berat
   Klien mengatakan adanya nyeri pada sendi    
DO :
      Wajah Nampak meringis
   Skala nyeri 5 (0-10)
      Pembengkakan local


Diskontuinitas tulang

Pergeseran frakmen tulang

Nyeri
Nyeri
DS :
   Klien mengatakan sangat lemas
   Klien mengatakan susah bergerak
   Klien mengatakan  terjadi kekauan pada sendi
DO :
      Klien nampak lemas
      Keterbatasan mobilitas

Adanya trauma

Deformitas tulang

Gangguan Fungsi Gerak

Kerusakan mobilitas fisik
Gangguan  mobilitas fisik
DS :
      Klien bertanya-tanya tentang penyakitnya
DO :
      Klien nampak cemas

Tindakan pengobatan

Kurangnya Informasi
Kurang pengetahuan

Konflik Interpersonal

Ansietas
Ansietas


         Diagnosa Keperawatan
1.            Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas tulang
2.            Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan terputusnya kontinuitas tulang
3.            Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit












C.      INTERVENSI KEPERAWATAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN NIC DAN NOC
NO
DIAGNOSA
INTERVENSI
NIC
NOC
1.
NYERI AKUT
Definisi  :  Sensori  yang  tidak menyenangkan  dan  pengalaman emosional  yang  muncul  secara  aktual atau potensial, kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya kerusakan..

Batasan karakteristik :
-          Laporan  secara  verbal  atau  non verbal
-          Fakta dan observasi
-          Gerakan melindungi
-          Tingkah laku berhati-hati
-          Gangguan  tidur  (mata  sayu, tampak  capek,  sulit  atau  gerakan kacau, menyeringai)
-          Tingkah laku distraksi (jalan-jalan, menemui  orang  lain,  aktivitas berulang-ulang)
-          Respon  autonom  (diaphoresis, perubahan  tekanan  darah, perubahan  pola  nafas,  nadi  dan dilatasi pupil)
-          Tingkah laku ekspresif (gelisah, marah,  menangis, merintih, waspada, napas panjang, iritabel)
-          Berfokus pada diri sendiri
-          Fokus menyempit (penurunan persepsi pada  waktu, kerusakan proses berfikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
-          Perubahan  nafsu  makan  dan Minum

Faktor yang berhubungan :
-          Agen injury (fisik, biologis, psikologis).


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24  jam  pasien  dapat  mengontrol  nyeri dengan indicator :
-          Mengenali faktor penyebab
-          Mengenali onset (lamanya sakit)
-          Menggunakan metode pencegahan
-          Menggunakan  metode  nonanalgetik   untuk mengurangi nyeri
-          Menggunakan  analgetik  sesuai kebutuhan
-          Mencari bantuan tenaga kesehatan
-          Melaporkan  gejala  pada  tenaga kesehatan
-          Menggunakan  sumber-sumber  yang tersedia
-          Mengenali gejala-gejala nyeri
-          Mencatat  pengalaman  nyeri sebelumnya
-          Melaporkan nyeri sudah terkontrol
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam pasien dapat mengetahui tingkatan nyeri  dengan indicator : 
-          Melaporkan adanya nyeri
-          Luas bagian tubuh yang terpengaruh
-          Frekuensi nyeri
-          Panjangnya episode nyeri
-          Pernyataan nyeri
-          Ekspresi nyeri  pada wajah
-          Posisi tubuh protektif
-          Kurangnya istirahat
-          Ketegangan otot
-          Perubahan pada frekuensi pernafasan
-          Perubahan nadi
-          Perubahan tekanan darah
-          Perubahan ukuran pupil
-          Keringat berlebih
-          Kehilangan selera makan


MANAJEMEN NYERI
Definisi : mengurangi nyeri dan menurunkan tingkat nyeri yang dirasakan pasien.
Intervensi  :
-          Lakukan  pengkajian  nyeri  secara  komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
-          Observasi  reaksi  non  verbal  dari  ketidaknyamanan
-          Gunakan  teknik  komunikasi  terapeutik  untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
-          Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
-          Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
-          Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang  ketidakefektifan  kontrol  nyeri  masa lampau
-          Bantu  pasien  dan  keluarga  untuk  mencari  dan menemukan dukungan
-          Kontrol  lingkungan  yang  dapat  mempengaruhi nyeri  seperti  suhu  ruangan, pencahayaan  dan kebisingan
-          Kurangi faktor presipitasi
-          Pilih  dan  lakukan penanganan  nyeri (farmakologi,  non  farmakologi  dan  inter personal)
-          Kaji  tipe  dan  sumber  nyeri  untuk  menentukan intervensi
-          Ajarkan tentang teknik non farmakologi
-          Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
-          Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
-          Tingkatkan istirahat
-          Kolaborasikan dengan dokter jika keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil

ANALGETIC ADMINISTRATION
Definisi : penggunaan agen  farmakologi untuk menghentikan atau mengurangi nyeri.
Intervensi :
-          Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
-          Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi
-          Cek riwayat alergi
-          Pilih analgetik yang diperlukan atau kombinasi dari analgetik ketika pemberian lebih dari satu
-          Tentukan pilihan analgetik tergantung tipe dan beratnya nyeri
-          Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian dan dosis optimal
-          Pilih  rute  pemberian  secara  IV,  IM  untuk pengobatan nyeri secara teratur
-          Monitor  vital  sign  sebelum  dan  sesudah pemberian analgetik pertama kali
-          Berikan  analgetik  tepat  waktu  terutama  saat nyeri hebat
-          Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala (efek samping)

2.
GANGGUAN MOBILITAS FISIK
Definisi : keterbatasan dalam kebebasan untuk  pergerakan  fisik  tertentu  pada bagian  tubuh  atau  satu  atau  lebih ekstremitas.

Batasan karakteristik :
-          Postur tubuh yang tidak stabil
-          Keterbatasan  kemampuan untuk  melakukan  ketrampilan motorik kasar
-          Keterbatasan  kemampuan untuk  melakukan  ketrampilan motorik halus
Tidak ada koordinasi gerakan
-          Keterbatasan ROM
-          Kesulitan berbalik
-          Perubahn  gaya  berjalan (penurunan kecepatan berjalan, kesulitan  memulai  berjalan, langkah  sempit,kaki  diseret, goyangan yang berlebihan pada posisi lateral)
-          Penurunan waktu reaksi
-          Bergerak  menyebabkan  nafas menjadi pendek
-          Usaha  yang  kuat  untuk perubahan  gerak  (peningkatan perhatian  untuk  aktivitas  lain, mengontrol  perilaku,  fokus dalam  anggapan ketidakmampuan aktivitas)
-          Pergerakan yang lambat
-          Bergerak menyebabkan tremor




Faktor yang berhubungan :
-          Pengobatan
-          pembatasan gerak
-          pembatasan gerak
-          Kurang  pengetahuan  tentang bersama  dengan  indikator  klien 
-          pembatasan gerak
-          Kurang  pengetahuan  tentang bersama  dengan  indikator  klien 
-          Kerusakan persepsi sensori
-          Tidak nyaman, nyeri
-          Kerusakan muskuloskeletal dan neuromuskular
-          Intoleransi aktivitas
-          Depresi mood/cemas
-          Kerusakan kognitif
-          Penurunan kekuatan otot
-          Keengganan  untuk  memulai gerak
-          Gaya hidup yang menetap, tidak digunakan
-          Malnutrisi umum atau selektif
-          Kehilangan  integritas  struktur tulang

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam pasien dapat melakukan ambulasi berjalan dengan indikator : 
-          Mempertahankan berat badan
-          Melangkah
-          Berjalan lambat
-          Berjalan dengan kecepatan sedang
-          Berjalan dengan kecepatan lebih cepat
-          Berjalan naik tangga
-          Berjalan menuruni tangga
-          Berjalan mendaki
-          Berjalan  dengan  jarak  yang  dekat (keliling kamar)
-          Berjalan  dengan  jarak  yang  sedang   (keluar kamar)
-          Berjalan dengan  jarak  yang  lebih  jauh (mengitari bangsal)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam tingkat mobilitas pasien meningkat dengan indikator: 
-          Keseimbangan tubuh
-          Posisi tubuh
-          Gerakan otot
-          Gerakan sendi
-          Kemampuan berpindah
-          Ambulasi: berjalan
-          Ambulasi: kursi roda
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam pasien dapat melakukan gerakan/pergerakakkan fisik dengan indicator : menggerakakkan jari kaki, tangan, leher, bahu, lutut, pinggang, siku dan pergelangan tangan, menggerakan  jari  kaki,  tangan,  leher,  bahu.
TERAPI AKTIVITAS : AMBULASI
Definisi : membantu pasien  memulai  aktivitas fisik untuk memperkuat fungsi tubuh selama perawatan dan melindungi dari sakit atau cedera.
Intervensi :
-          Monitoring  vital  sign  sebelum  dan sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan
-          Konsultasikan dengan  fisioterapis  tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan
-          Bantu  klien  untuk  menggunakan  tongkat  saat berjalan dan cegah terhadap cedera
-          Ajarkan  pasien  atau  tenaga  kesehatan  lain tentang teknik ambulasi
-          Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
-          Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADL secara mandiri sesuai kemampuan
-          Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu pemenuhan kabutuhan ADL
-          Berikan alat bantu bila pasien memerlukan
-          Ajarkan bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan
EXERCISE THERAPY: JOINT MOVEMENT
-          Tentukan batasan gerakan 
-          Kolaborasi dengan fisioterapis  dalam mengembangkan dan  menentukan  program latihan
-          Tentukan level gerakan pasien 
-          Jelaskan pada keluarga/pasien  tujuan  dan rencana latihan
-          Monitor lokasi ketidaknyamanan  atau  nyeri selama gerakan atau aktivitas  lindungi pasien dari trauma selama latihan
-          Bantu pasien untuk mengoptimalkan posisi tubuh untuk gerakan pasif atau aktif
-          Dorong ROM aktif
-          Instruksikan pada pasien atau keluarga tentang  ROM pasif dan aktif
-          Bantu pasien untuk  mengembangkan  rencana latihan ROM aktif
-          Dorong klien untuk menunjukan gerakan tubuh sebelum latihan
3.
KECEMASAN/ANSIETAS
Definisi : perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon autonom ( sumber sering sekali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu,perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat keawaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman.
Batasan karakteristik :
a.   perilaku
-    Penurunan produktivitas
-    Gerakan yang irelevan
-    Melihat sepintas
-    Insomnia
-    Kontak mata yang buruk
-    Mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup
-    tampak waspada
-     
b.   afektif
-    gelisah, ketakutan
-    ketakutan
-    rasa nyeri yang meningkatkan ketidakberdayaan
-    khawatir
-    peningkatan rasa yang ketidakberdayaan yang persisten
c.    fisiologis
-    wajah tegang
-    gemetar
-    jantung berdebar-debar
-    peningkatan tekanan darah
factor yang berhubungan
-    kurangnya informasi yang di dapat
-    kurangnya pengetahuan tentang penyakit

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam status kekebalan pasien meningkat dengan indilaktor: 
-          Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
-          Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontrol cemas
-          Ekspresi wajah, bahasa, dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya cemas


Anciety reduction ( penurunan kecemasan )
Intervensi :
-          Gunakan poendekatan yang menenangkan
-          Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
-          Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur pengobatan
-          Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi rasa takut
-          Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan takut dan persepisnya terhadapa penyakit yang dia alami
-          Identifikasi tingkat kecemasan pasien
-          Dorong keluarga untuk selalu menemani pasien selama perawatan





BAB IV
PENUTUP
4.1    Kesimpulan
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.
Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan me lindungin beberapa organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul. Kerangka juga berfungsi sebagai alat ungkit pada gerakan dan menye diakan permukaan untuk kaitan otot-otot kerangka. Oleh karena fungsi tulang yang sangat penting bagi tubuh kita, maka telah semestinya tulang harus di jaga agar terhindar dari trauma atau benturan yang dapat mengakibatkan terjadinya patah tulang atau dislokasi tulang.
            Dislokasi terjadi saat ligarnen rnamberikan jalan sedemikian rupa sehinggaTulang berpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital).
4.2    Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.



























DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Mariliynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC
Brunner, Suddarth, (2001) Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 3, EGC : Jakarta
Doenges, Marilynn E, dkk, (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan, EGC : Jakarta.
Pamela L.swearingen , (2000) Keperawatan Medikal –Bedah .E/2, jakarta : egc 
Muttaqin.A , (2008) , Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskletal,Jakarta :EGC
http://ayumuliadewi13.wordpress.com/2013/03/20/askep-dislokasi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar