Family

Family

Minggu, 17 November 2013

Makalah Askep Hypospadia



BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
          Hipospadia sendiri berasal dari dua kata yaitu “hypo” yang berarti “di bawah” dan “spadon“ yang berarti keratan yang panjang.
Hipospadia adalah suatu keadaan dimana lubang uretra terdapat di penis bagian bawah, bukan di ujung penis. Hipospadia merupakan kelainan kelamin bawaan sejak lahir.
          Hipospadia merupakan kelainan bawaan yang terjadi pada 3 diantara 1.000 bayi baru lahir. Beratnya hipospadia bervariasi, kebanyakan lubang uretra terletak di dekat ujung penis, yaitu pada glans penis.
          Bentuk hipospadia yang lebih berat terjadi jika lubang uretra terdapat di tengah batang penis atau pada pangkal penis, dan kadang pada skrotum (kantung zakar) atau di bawah skrotum. Kelainan ini seringkali berhubungan dengan kordi, yaitu suatu jaringan fibrosa yang kencang, yang menyebabkan penis melengkung ke bawah pada saat ereksi.
1.2    Rumusan Masalah
1.2.1   Apa yang dimaksud dengan Hipospadia
1.2.2   Apa penyebab dari Hipospadia
1.2.3   Bagaimana pengkajian pasien pada dengan Hipospadia.
1.2.4   Apa diagnosa keperawatan pasien dengan Hipospadia.
1.3    Tujuan
1.3.1   Untuk menjelaskan tentang penyakit Hipospadia.
1.3.2   Untuk menjelaskan penyebab dari Hipospadia
1.3.3   Untuk menjelaskan pengkajian pasien dengan Hipospadia.
1.3.4   Untuk menjelaskan diagnose keperawatan pasien gangguan Hipospadia.
1.4    Manfaat
1.4.1   Dapat menjelaskan tentang penyakit Hipospadia.
1.4.2   Dapat menjelaskan penyebab dari Hipospadia
1.4.3   Dapat menjelaskan pengkajian pasien dengan Hipospadia.
1.4.4   Dapat menjelaskan diagnose keperawatan pasien gangguan Hipospadia.
















BAB II
LANDASAN TEORI
Konsep Dasar
2.1    Pengertian
          Hipospadia adalah suatu keadaan dimana uretra terbuka di permukaan bawah penis, skrotum atau peritonium. Hipospadia sendiri berasal dari dua kata yaitu “hypo” yang berarti “di bawah” dan “spadon“ yang berarti keratan yang panjang
          Hipospadia merupakan kelainan bawaan yang terjadi pada 3 diantara 1.000 bayi baru lahir.
Menurut refrensi lain definisi hipospadia, yaitu:
          Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan congenital dimana meatus uretra externa terletak di permukaan ventral penis dan lebih ke proksimal dari tempatnya yang normal (ujung glans penis). (Arif Mansjoer, 2000 : 374).
          Hipospadia adalah suatu keadaan dimana terjadi hambatan penutupan uretra penis pada kehamilan miggu ke 10 sampai ke 14 yang mengakibatkan orifisium uretra tertinggal disuatu tempat dibagian ventral penis antara skrotum dan glans penis. (A.H Markum, 1991 : 257).
          Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan berupa lubang uretra yang terletak di bagian bawah dekat pangkal penis. (Ngastiyah, 2005 : 288).
          Hipospadia adalah keadaan dimana uretra bermuara pada suatu tempat lain pada bagian belakang batang penis atau bahkan pada perineum ( daerah antara kemaluan dan anus ). (Davis Hull, 1994 ).
          Hipospadia adalah salah satu kelainan bawaan pada anak-anak yang sering ditemukan dan mudah untuk mendiagnosanya, hanya pengelolaannya harus dilakukan oleh mereka yang betul-betul ahli supaya mendapatkan hasil yang memuaskan.
2.2    Etiologi
          Penyebabnya sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang belum diketahui penyebab pasti dari hipospadia. Namun, ada beberapa faktor yang oleh para ahli dianggap paling berpengaruh antara lain :
2.2.1 Gangguan dan ketidakseimbangan hormon
          Hormon yang dimaksud di sini adalah hormon androgen yang mengatur organogenesis kelamin (pria). Atau bisa juga karena reseptor hormon androgennya sendiri di dalam tubuh yang kurang atau tidak ada. Sehingga walaupun hormon androgen sendiri telah terbentuk cukup akan tetapi apabila reseptornya tidak ada tetap saja tidak akan memberikan suatu efek yang semestinya. Atau enzim yang berperan dalam sintesis hormon androgen tidak mencukupi pun akan berdampak sama.
2.2.2 Genetika
          Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi karena mutasi pada gen yang mengode sintesis androgen tersebut sehingga ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi.
2.2.3 Lingkungan
          Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan zat yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi.
2.3    Patofisiologi
         Penyebab dari Hypospadia belum diketahui secara jelas dan dapat dihubungkan dengan faktor genetik dan pengaruh Hormonal. Pada usia gestasi Minggu ke VI kehamilan terjadi pembentukan genital, pada Minggu ke VII terjadi agenesis pada moderm sehingga genital tubercel tidak terbentuk, bila genital fold gagal bersatu diatas sinus urogenital maka akan timbul Hypospadia.
         Perkembangan urethra dalam utero dimulai sekitar usia 8 minggu dan selesai dalam 15 minggu, urethra terbentuk dari penyatuan lipatan urethra sepanjang permukaan ventral penis. Glandula Urethra terbentuk dari kanalisasi furikulus ektoderm yang tumbuh melalui glands untuk menyatu dengan lipatan urethra yang menyatu. Hypospadia terjadi bila penyatuan digaris tengah lipatan urethra tidak lengkap sehingga meatus urethra terbuka pada sisi ventral penis. Derajat kelainan letak ini antara lain seperti pada glandular (letak meatus yang salah pada glans), Korona (pada Sulkus Korona), penis (disepanjang batang penis), penuskrotal (pada pertemuan ventral penis dan skrotum) dan perineal (pada perinium) prepusium tidak ada pada sisi ventral dan menyerupai topi yang menutupi sisi darsal gland. Pita jaringan fibrosa yang dikenal sebagai Chordee, pada sisi ventral menyebabkan kuruatura (lingkungan) ventral dari penis. Pada orang dewasa, chordec tersebut akan menghalangi hubungan seksual, infertilisasi (Hypospadia penoskrotal) atau (perineal) menyebabkan stenosis meatus sehingga mengalami kesulitan dalam mengatur aliran urine dan sering terjadi kriotorkidisme.
         Klasifikasi Hypospadia adalah tipe glandulan (balantik) yaitu meatus terletak pada pangkal penis, tipe distal penil yaitu meatus terletak pada distal penis, tipe penil yaitu meatus terletak antara perineal dan scrotum, tipe scrotal yaitu meatus terletak di scratum, tipe perineal yaitu meatus terletak di perineal.
         Komplikasi pada Hypospadia adalah infertilisasi risiko hernia inguinalm gangguan psikososial.
2.4    Manifestasi Klinis
2.4.1 Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di bagian bawah penis yang menyerupai meatus uretra eksternus.
2.4.2 Preputium (kulup) tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di bagian punggung penis.
2.4.3 Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus dan membentang hingga ke glans penis, teraba lebih keras dari jaringan sekitar.
2.4.4 Kulit penis bagian bawah sangat tipis.
2.4.5 Tunika dartos, fasia Buch dan korpus spongiosum tidak ada.
2.4.6 Dapat timbul tanpa chordee, bila letak meatus pada dasar dari glans penis.
2.4.7 Chordee dapat timbul tanpa hipospadia sehingga penis menjadi bengkok.
2.4.8 Sering disertai undescended testis (testis tidak turun ke kantung skrotum).
2.4.9 Kadang disertai kelainan kongenital pada ginjal.
2.5    Klasifikasi
Tipe hipospadia berdasarkan letak orifisium uretra eksternum/ meatus :
2.5.1 Tipe sederhana/ Tipe anterior
          Terletak di anterior yang terdiri dari tipe glandular dan coronal. Pada tipe ini, meatus terletak pada pangkal glands penis. Secara klinis, kelainan ini bersifat asimtomatik dan tidak memerlukan suatu tindakan. Bila meatus agak sempit dapat dilakukan dilatasi atau meatotomi.
2.5.2 Tipe penil/ Tipe Middle
          Middle yang terdiri dari distal penile, proksimal penile, dan pene-escrotal.
Pada tipe ini, meatus terletak antara glands penis dan skrotum. Biasanya disertai dengan kelainan penyerta, yaitu tidak adanya kulit prepusium bagian ventral, sehingga penis terlihat melengkung ke bawah atau glands penis menjadi pipih. Pada kelainan tipe ini, diperlukan intervensi tindakan bedah secara bertahap, mengingat kulit di bagian ventral prepusium tidak ada maka sebaiknya pada bayi tidak dilakukan sirkumsisi karena sisa kulit yang ada dapat berguna untuk tindakan bedah selanjutnya.
2.5.3 Tipe Posterior
          Posterior yang terdiri dari tipe scrotal dan perineal. Pada tipe ini, umumnya pertumbuhan penis akan terganggu, kadang disertai dengan skrotum bifida, meatus uretra terbuka lebar dan umumnya testis tidak turun.

2.6    Pemeriksaan Diagnostik
          Pemeriksaan diagnostik berupa pemeriksaan fisik. Jarang dilakukan pemeriksaan tambahan untuk mendukung diagnosis hipospadi. Tetapi dapat dilakukan pemeriksaan ginjal seperti USG mengingat hipospadi sering disertai kelainan pada ginjal.
2.7    Komplikasi
Komplikasi dari hypospadia yaitu :
2.7.1   Infertility
2.7.2   Resiko hernia inguinalis
2.7.3  Gangguan psikososial
Asuhan Keperawatan
1.      Pengkajian
1.1     Fisik
1.1.1     Pemeriksaan genetalia
1.1.2     Palpasi abdomen untuk melihat distensi vesika urinaria atau pembesaran pada ginjal.
1.1.3     Kaji fungsi perkemihan
1.1.4     Adanya lekukan pada ujung penis
1.1.5     Melengkungnya penis ke bawah dengan atau tanpa ereksi
1.1.6     Terbukanya uretra pada ventral
1.1.7     Pengkajian setelah pembedahan : pembengkakan penis, perdarahan, dysuria, drinage.
1.2     Mental
1.2.1     Sikap pasien sewaktu diperiksa
1.2.2     Sikap pasien dengan adanya rencana pembedahan

1.3     Keluarga
1.3.1     Tingkat kecemasan
1.3.2     Tingkat pengetahuan.























2.      Diagnosa Keperawatan

No.
Diagnosa Keperawatan
Intervensi NIC
Hasil NOC
Kriteria Evaluasi

1

Nyeri akut.

~  Pemberian analgesik untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri.
~  Memfasilitasi penggunaan obat resep atau obat bebas secara aman dan efektif
~  Meringankan atau mengurangi nyeri sampai pada tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien.

~  Tingkat persepsi positif terhadap kemudahan fisik dan psikologi.
~  Tindakan individu untuk mengendalikan nyeri.
~  Keparahan nyeri yang dapat diamati atau dilaporkan.

~  Pasien memperlihatkan tekhnik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai kenyamanan.
~  Pasien menggunakan analgesic sebagai upaya meredakan nyeri secara tepat.
~  Pasien memperlihatkan tekhnik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai kenyamanan.


2

Resiko Infeksi berhubungan dengan pemasangan kateter.

~ Membersihkan, memantau dan memfasilitasi proses penyembuhan luka.
~ Meminimalkan nenyebaran dan penularan agens infesius.
~ Mencegah dan mendeteksi dini infeksi pada pasien.


~ Tingkat keparahan infeksi dan gejala terkait.
~ Tingkat regenerasi sel dan jaringan pada luka terbuka.

~ Pasien terbebas dari tanda dan gejala infeksi.
~ Pasien telah memperlihatkan hygiene personal yang adekuat.


3

Defisiensi Pengetahuan sehubungan dengan perawatan setelah Operasi.


~ Memberikan informasi dan bimbingan tentang perawatan setelah operasi.

~ Pasien dan keluarga dapat memahami segala bimbingan/informasi yang diberikan.

~ Pasien memperlihatkan ketaatan dalam masa penyembuhan.

4

Resiko Harga diri rendah situasional.

~ Membantu pasien untuk menigkatkan penilaian tentang harga diri.
~ Menggunakan proses pertolongan interaktif yang berfokus pada kebutuhan, masalah atau perasaan pasien untuk meningkatkan pemecahan masalah.


~ Penilaian pribadi terhadap harga diri.
~ Respon psikososial adaptif individu terhadap perubahan bermakna dalam hidup.

~ Melaporkan perasaan berguna.
~ Mengatakan optimisme terhadap masa depan.

BAB III
PENUTUP
3.1       Kesimpulan
            Hipospadia merupakan kelainan kongenital pada genitalia eksterna yang relatif sering terjadi, kira-kira pada 3 diantara 1000 kelahiran anak laki-laki. Hipospadia dapat terjadi sebagai kelainan yang terbatas pada genitalia externa saja atau sebagai bagian dari kelainan yang lebih kompleks seperti intersex. Berbagai teknik dan modifikasi untuk rekonstruksi terhadap hipospadia telah banyak dilakukan. Karena dalam dan banyaknya pengetahuan mengenai hipospadia, Dr. John W Duckett Jr., mendefinisikan hipospadiology sebagai suatu ilmu yang meliputi seni dan pengetahuan mengenai koreksi pembedahan terhadap hipospadia
3.2 Saran
3.2.1   Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang pembaca, terutama mahasiswa keperawatan
3.2.2    Semoga dapat menjadi bahan acuan pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan.
3.2.3    semoga makalah ini dapat menjadi pokok bahasan dalam berbagai diskusi dan forum terbuka.










DAFTAR PUSTAKA


Buku saku Diagnosis Keperawatan edisi 9 oleh Judith M. Wilkinsos, Nancy R dan Ahern
Buku Diagnosis keperawatan Definisi dan klasifikasi Nanda Internasional 2013-2014
Rencana asuhan keperawatan edisi 3 oleh Marilnn E. Doenges, Mary Frances Moorhouse dan Alice C. Geissler.