BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Kesehatan merupakan salah satu aspek dari kehidupan
masyarakat mutu hidup, produktifitas tenaga kerja, angka kesakitan dan kematian
yang tinggi pada bayi dan anak-anak, menurunnya daya kerja fisik serta
terganggunya perkembangan mental adalah akibat langsung atau tidak langsung
dari masalah gizi kurang.
Sebagaimana diketahui bahwa salah satu masalah gizi yang
paling utama pada saat ini di Indonesia adalah kurang kalori, protein hal ini
banyak ditemukan bayi dan anak yang masih kecil dan sudah mendapat adik lagi
yang sering disebut “kesundulan” artinya terdorong lagi oleh kepala adiknya
yang telah muncul dilahirkan. Keadaan ini karena anak dan bayi merupakan
golongan rentan.
Terjadinya kerawanan gizi pada bayi disebabkan karena selain
makanan yang kurang juga karena Air Susu Ibu (ASI) banyak diganti dengan susu
botol dengan cara dan jumlah yang tidak memenuhi kebutuhan. Hal ini pertanda
adanya perubahan sosial dan budaya yang negatif dipandang dari segi gizi
Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan
oleh jumlah ASI yang diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya yang
terkandung di dalam ASI tersebut. ASI tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi
kebutuhan pertumbuhan sampai usia sekitar empat bulan. Setelah itu ASI hanya
berfungsi sebagai sumber protein vitamin dan mineral utama untuk bayi yang
mendapat makanan tambahan yang tertumpu pada beras.
Dalam pembangunan bangsa, peningkatan kualitas manusia harus
dimulai sedini mungkin yaitu sejak dini yaitu sejak masih bayi, salah satu
faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas manusia adalah
pemberian Air Susu Ibu (ASI). Pemberian ASI semaksimal mungkin merupakan
kegiatan penting dalam pemeliharaan anak dan persiapan generasi penerus di masa
depan. Akhir-akhir ini sering dibicarakan tentang peningkatan penggunaan ASI.
Dukungan politis dari pemerintah terhadap peningkatan
penggunaan ASI termasik ASI EKSLUSIF telah memadai, hal ini terbukti dengan
telah dicanangkannya Gerakan Nasional Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu
(GNPP-ASI) oleh Bapak Presiden pada hari Ibu tanggal 22 Desember 1990 yang
betemakan “Dengan Asi, kaum ibu mempelopori peningkatan kualitas manusia
Indonesia”. Dalam pidatonya presiden menyatakan juga bahwa ASI sebagai makanan
tunggal harus diberikan sampai bayi berusia empat bulan.Pemberian ASI tanpa
pemberiaan makanan lain ini disebut dengan menyusui secara ekslusif.
Selanjutnya bayi perlu mendapatkan makanan pendamping ASI kemudian pemberian
ASI di teruskan sampai anak berusia dua tahun.
ASI merupakan makanan yang bergizi sehingga tidak memerlukan
tambahan komposisi. Disamping itu ASI mudah dicerna oleh bayi dan langsung
terserap.
Diperkirakan 80% dari jumlah ibu yang melahirkan ternyata
mampu menghasilkan air susu dalam jumlah yang cukup untuk keperluan bayinya
secara penuh tanpa makanan tambahan. Selama enam bulan pertama. Bahkan ibu yang
gizinya kurang baikpun sering dapat menghasilkan ASI cukup tanpa makanan
tambahan selama tiga bulan pertama. ASI sebagai makanan yang terbaik bagi bayi
tidak perlu diragukan lagi, namun akhir-akhir ini sangat disayangkan banyak
diantara ibu-ibu meyusui melupakan keuntungan menyusui. Selama ini dengan
membiarkan bayi terbiasa menyusu dari alat pengganti, padahal hanya sedikit
bayi yang sebenarnya menggunakan susu botol atau susu formula. Kalau hal yang
demikian terus berlangsung, tentunya hal ini merupakan ancaman yang serius
terhadap upaya pelestarian dari peningkatan penggunaan ASI.
Hasil penelitian yang dilakukan di Biro Konsultasi Anak di
Rumah Sakit UGM Yogyakarta tahun 1976 menunjukkan bahwa anak yang disusui
sampai dengan satu tahun 50,6%. Sedangkan data dari survei Demografi Kesehatan
Indonesia (SKDI) tahun 1991 bahwa ibu, yang memberikan ASI pada bayi 0-3 bulan
yaitu 47% diperkotaan dan 55% dipedesaan (Depkes 1992) dari laporan SKDI tahun
1994 menunjukkan bahwa ibu-ibu yang memberikan ASI EKSLUSIF kepada bayinya
mencapai 47%, sedangkan pada repelita VI ditargetkan 80%. Dari hasil penelitian
yang dilakukan oleh Dr.Moh. Efendi di R.S. Umum Dr. Kariadi Semarang tahun 1977
didapatkan pemberian ASI setelah umur 2 bulan 31,6%, ASI + Susu botol 15,8% dan
susu botol 52,6%. Sedangkan sebelumnya yaitu pada umur 1 bulan masih lebih baik
yaitu 66,7% ASI dan 33,3% susu botol, dalam hal ini tampaknya ada pengaruh susu
botol lebih besar. Juga hasil penelitian Dr. Parma dkk di Rumah Sakit Umum Dr.
M. Jamil Padang tahun 1978 -1979 di dapatkan bahwa lama pemberian ASI saja
sampai 4-6 bulan pada ibu yang karyawan adalah 12,63% dan pada ibu rumah tangga
sebanyak 21,27%. Apabila dilihat dari pendidikannya ternyata 75% dari ibu-ibu
yang berpendidikan tamat SD telah memberikan makanan pendamping ASI yang
terlalu dini pada bayi.
Berbagai alasan dikemukakan oleh ibu-ibu mengapa keliru
dalam pemanfaatan ASI secara Eksklusif kepada bayinya, antara lain adalah
produksi ASI kurang, kesulitan bayi dalam menghisap, keadaan puting susu ibu
yang tidak menunjang, ibu bekerja, keinginan untuk disebut modern dan pengaruh
iklan/promosi pengganti ASI dan tdak kalah pentingnya adalah anggapan bahwa
semua orang sudah memiliki pengetahuan tentang manfaat ASI .
1.2 Rumusan
Masalah
Bagaimana pemberian ASI secara eksklusif sesuai umur bayi 4
bulan dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif, Agar
para ibu dapat lebih memilih pemberian ASI dibandingkan dengan pemberian susu
formula.
1.3 Ruang
Lingkup
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu
emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang
sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya.
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman
tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Bahkan air putih tidak
diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini.
ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis,
ekonomis, mudah dicerna untuk memiliki komposisi, zat gizi yang ideal sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi.
ASI mengadung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan
susu buatan. Didalam usus laktosa akan dipermentasi menjadi asam laktat. yang
bermanfaat untuk: Menghambat pertumbuhan
bakteri yang bersifat patogen, Merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat
menghasilkan asam organik dan mensintesa beberapa jenis vitamin, Memudahkan
terjadinya pengendapan calsium-cassienat, Memudahkan penyerahan berbagai jenis
mineral, seperti Kalsium, Magnesium.
1.4 Tujuan
Untuk Memberikan pengetahuan kepada
para pembaca, mahasiswa dan utamanya para ibu-ibu tentang,kandungan ASI,
manfaat pemberian ASIi serta faktor – faktor yang mempengaruhi pemberian ASI
secara eksklusif.
1.5 Manfaat
Para pembaca, mahasiswa dan khususnya para ibu – ibu dapat lebih
mengetahui manfaat dari pemberian ASI Eksklusif serta faktor –faktor yang dapat
mempengaruhi pemberian ASI secara Eksklusif utamanya pada Bayi yang berumur 0
sampai 2 Tahun.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
ASI Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan
protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae
ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya. ASI eksklusif adalah pemberian
ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam
bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini.
ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi
dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama. ASI merupakan
makanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh
kembang yang optimal. Pada tahun 2001 World Health Organization / Organisasi
Kesehatan Dunia menyatakan bahwa ASI eksklusif selama enam bulan pertama hidup
bayi adalah yang terbaik. Dengan demikian, ketentuan sebelumnya (bahwa ASI
eksklusif itu cukup empat bulan) sudah tidak berlaku lagi.
2.2 Bagaimana
mencapai ASI Eksklusif
WHO dan UNICEF merekomendasikan langkah-langkah berikut
untuk memulai dan mencapai ASI eksklusif yaitu dengan menyusui dalam satu jam
setelah kelahiran Menyusui secara ekslusif: hanya ASI. Artinya, tidak ditambah
makanan atau minuman lain, bahkan air putih sekalipun. Menyusui kapanpun bayi
meminta (on-demand), sesering yang bayi mau, siang dan malam. Tidak menggunakan
botol susu maupun empeng. Mengeluarkan ASI dengan memompa atau memerah dengan
tangan, disaat tidak bersama anak serta mengendalikan emosi dan pikiran agar
tenang.
2.3 Kesalahpahaman
mengenai ASI Eksklusif
Setelah ASI ekslusif enam bulan tersebut, bukan berarti
pemberian ASI dihentikan. Seiiring dengan pengenalan makanan kepada bayi,
pemberian ASI tetap dilakukan, sebaiknya menyusui dua tahun menurut rekomendasi
WHO.
2.4 Kebaikan ASI dan Menyusui
ASI sebagai makanan bayi mempunyai kebaikan/sifat sebagai
berikut:
2.4.1 ASI
merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis, mudah dicerna untuk memiliki komposisi, zat
gizi yang ideal sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuan pencernaan bayi.
2.4.2 ASI
mengadung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu buatan. Didalam usus laktosa akan dipermentasi
menjadi asam laktat. yang bermanfaat untuk:
a. Menghambat
pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen.
b. Merangsang
pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menghasilkan asam organik dan mensintesa
beberapa jenis vitamin.
c. Memudahkan
terjadinya pengendapan calsium-cassienat.
d. Memudahkan
penyerahan herbagai jenis mineral, seperti calsium, magnesium.
2.4.3 ASI
mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi selama 5-6 bulan,
seperti: Immunoglobin, Lysozyme, Complemen C3 dan C4, Antistapiloccocus,lactobacillus,
Bifidus, Lactoferrin.
2.4.4 ASI
tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi pada bayi.
2.4.5 Proses
pemberian ASI dapat menjalin hubungan psikologis antara ibu dan bayi. Selain memberikan kebaikan bagi bayi, menyusui
dengan bayi juga dapat memberikan
keuntungan bagi ibu, yaitu:
a. Suatu rasa
kebanggaan dari ibu, bahwa ia dapat memberikan “kehidupan” kepada bayinya.
b. Hubungan
yang lebih erat karena secara alamiah terjadi kontak kulit yang erat, bagi perkembangan
psikis dan emosional antara ibu dan anak.
c. Dengan
menyusui bagi rahim ibu akan berkontraksi yang dapat menyebabkan pengembalian
keukuran sebelum hamil
d. Mempercepat
berhentinya pendarahan post partum.
e. Dengan
menyusui maka kesuburan ibu menjadi berkurang untuk beberpa bulan (menjarangkan
kehamilan)
f. Mengurangi
kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan datang.
g. Menambah
panjang kembalinya kesuburan pasca melahirkan, sehingga
h. Memberi
jarak antar anak yang lebih panjang alias menunda kehamilan berikutnya
i. Karena
kembalinya menstruasi tertunda, ibu menyusui tidak membutuhkan zat besisebanyak
ketika mengalami menstruasi
j. Ibu lebih
cepat langsing. Penelitian membuktikan bahwa ibu menyusui enam bulan lebih langsing setengah kg dibanding ibu yang
menyusui empat bulan.
2.5 Manfaat ASI
2.5.1 Untuk Bayi
Pemberian ASI merupakan metode
pemberian makan bayi yang terbaik, terutama pada bayi umur kurang dari 6 bulan,
selain juga bermanfaat bagi ibu. ASI mengandung semua zat gizi dan cairan yang
dibutuhkan untuk memenuhi seluruh gizi bayi pada 6 bulan pertama
kehidupannya.Pada umur 6 sampai 12 bulan, ASI masih merupakan makanan utama
bayi, karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi. Guna memenuhi semua
kebutuhan bayi, perlu ditambah dengan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).
Setelah umur 1 tahun, meskipun ASI
hanya bisa memenuhi 30% dari kebutuhan bayi, akan tetapi pemberian ASI tetap
dianjurkan karena masih memberikan manfaat. ASI disesuaikan secara unik bagi
bayi manusia, seperti halnya susu sapi adalah yang terbaik untuk sapi.
2.5.2 Untuk
Ibu
a. Hisapan bayi
membantu rahim menciut, mempercepat kondisi ibu untuk kembali ke masa
pra-kehamilan dan mengurangi risiko perdarahan
b. Lemak di
sekitar panggul dan paha yang ditimbun pada masa kehamilan pindah ke dalam ASI,
sehingga ibu lebih cepat langsing kembali
c. Penelitian
menunjukkan bahwa ibu yang menyusui memiliki resiko lebih rendah terhadap
kanker rahim dan kanker payudara.
d. ASI lebih
hemat waktu karena tidak usah menyiapkan dan mensterilkan botol susu, dot, dsb
e. ASI lebih
praktis karena ibu bisa jalan-jalan ke luar rumah tanpa harus membawa banyak
perlengkapan seperti botol, kaleng susu formula, air panas, dsb
f. ASI lebih
murah, karena tidak usah selalu membeli susu kaleng dan perlengkapannya
g. ASI selalu
bebas kuman, sementara campuran susu formula belum tentu steril
Penelitian medis juga menunjukkan bahwa wanita yang menyusui
bayinya mendapat manfaat fisik dan manfaat emosional.
1.
ASI
tak bakalan basi.
2.
ASI
selalu diproduksi oleh pabriknya di wilayah payudara.
3.
Gudang
ASI tidak akan pernah kosong.
4.
ASI
yang tidak dikeluarkan akan diserap kembali oleh tubuh ibu.
5.
ASI
dalam payudara tak pernah basi dan ibu tak perlu memerah dan membuang ASI-nya sebelum
menyusui.
2.5.3 Untuk Keluarga
a. Tidak
perlu uang untuk membeli susu formula, botol susu kayu bakar atau minyak untuk merebus air, susu atau peralatan.
b. Bayi
sehat berarti keluarga mengeluarkan biaya lebih sedikit (hemat) dalam perawatan
kesehatan dan berkurangnya kekhawatiran bayi akan sakit.
c. Penjarangan
kelahiran karena efek kontrasepsi LAM dari ASI eksklusif.
d. Menghemat
waktu keluarga bila bayi lebih sehat.
e. Memberikan
ASI pada bayi (meneteki) berarti hemat tenaga bagi keluarga sebab ASI selalu
siap tersedia.
f. Lebih
praktis saat akan bepergian, tidak perlu membawa botol, susu, air panas, dll.
2.6 Produksi
ASI
Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang
oleh isapan mulut bayi pada putting susu ibu. Gerakan tersebut merangsang
kelenjar Pictuitary Anterior untuk memproduksi sejumlah prolaktin, hormon utama
yang mengandalkan pengeluaran Air Susu. Proses pengeluaran air susu juga
tergantung pada Let Down Replex, dimana hisapan putting dapat merangsang
kelenjar Pictuitary Posterior untuk menghasilkan hormon oksitolesin, yang dapat
merangsang serabutotot halus di dalam dinding saluran susu agar membiarkan susu
dapat mengalir secara lancar. Kegagalan dalam perkembangan payudara secara
fisiologis untuk menampung air susu sangat jarang terjadi. Payudara secara
fisiologis merupakan tenunan aktif yang tersusun seperti pohon tumbuh di dalam
putting dengan cabang yang menjadi ranting semakin mengecil.
Susu diproduksi pada akhir ranting dan mengalir kedalam
cabang-cabang besar menuju saluran ke dalam putting. Secara visual payudara
dapat di gambarkan sebagai setangkai buah anggur, mewakili tenunan kelenjar
yang mengsekresi dimana setiap selnya mampu memproduksi susu, bila sel-sel
Myoepithelial di dalam dinding alveoli berkontraksi, anggur tersebut terpencet
dan mengeluarkan susu ke dalam ranting yang mengalir ke cabang-cabang lebih
besar, yang secara perlahan-lahan bertemu di dalam aerola dan membentuk sinus
lactiterous. Pusat dari areda (bagan yang berpigmen) adalah putingnya, yang
tidak kaku letaknya dan dengan mudah dihisap (masuk kedalam) mulut bayi.
2.7 Volume
Produksi ASI
Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar
pembuat ASI mulai menghasilkan ASI. Apabila tidak ada kelainan, pada hari
pertama sejak bayi lahir akan dapat menghasilkan 50-100 ml sehari dari jumlah
ini akan terus bertambah sehingga mencapai sekitar 400-450 ml pada waktu bayi
mencapai usia minggu kedua.(9) Jumlah tersebut dapat dicapai dengan menysusui
bayinya selama 4 – 6 bulan pertama. Karena itu selama kurun waktu tersebut ASI
mampu memenuhi lkebutuhan gizinya. Setelah 6 bulan volume pengeluaran air susu
menjadi menurun dan sejak saat itu kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi oleh
ASI saja dan harus mendapat makanan tambahan.
Dalam keadaan produksi ASI telah normal, volume susu
terbanyak yang dapat diperoleh adalah 5 menit pertama. Penyedotan/penghisapan
oleh bayi biasanya berlangsung selama 15-25 menit. Selama beberapa bulan berikutnya
bayi yang sehat akan mengkonsumsi sekitar 700-800 ml ASI setiap hari.Akan
tetapi penelitian yang dilakukan pada beberpa kelompok ibu dan bayi menunjukkan
terdapatnya variasi dimana seseorang bayi dapat mengkonsumsi sampai 1 liter
selama 24 jam, meskipun kedua anak tersebut tumbuh dengan kecepatan yang sama.
Konsumsi ASI selama satu kali menysui atau jumlahnya selama
sehari penuh sangat bervariasi. Ukuran payudara tidak ada hubungannya dengan
volume air susu yang diproduksi, meskipun umumnya payudara yang berukuran
sangat kecil, terutama yang ukurannya tidak berubah selama masa kehamilan hanya
memproduksi sejumlah kecil ASI. Pada ibu-ibu yang mengalami kekurangan gizi,
jumlah air susunya dalam sehari sekitar 500-700 ml selama 6 bulan pertama,
400-600 ml dalam 6 bulan kedua, dan 300-500 ml dalam tahun kedua kehidupan
bayi. Penyebabnya mungkin dapat ditelusuri pada masa kehamilan dimana jumlah
pangan yang dikonsumsi ibu tidak memungkinkan untuk menyimpan cadangan lemak
dalam tubuhnya, yang kelak akan digunakan sebagai salah satu komponen ASI dan
sebagai sumber energi selama menyusui. Akan tetapi kadang-kadang terjadi bahwa
peningkatan jumlah produksi konsumsi pangan ibu tidak selalu dapat meningkatkan
produksi air susunya. Produksi ASI dari ibu yang kekurangan gizi seringkali
menurun jumlahnya dan akhirnya berhenti, dengan akibat yang fatal bagi bayi
yang masih sangat muda. Di daerah-daerah dimana ibu-ibu sangat kekurangan gizi
seringkali ditemukan “merasmus” pada bayi-bayi berumur sampai enam bulan yang hanya
diberi ASI.
2.8 Komposisi
ASI
Kandungan colostrum berbeda dengan air susu yang mature,
karena colostrum mengandung berbeda dengan air susu yang mature, karena
colostrum dan hanya sekitar 1% dalam air susu mature, lebih banyak mengandung
imunoglobin A (Iga), laktoterin dan sel-sel darah putih, terhadap, yang
kesemuanya sangat penting untuk pertahanan tubuh bayi, terhadap serangan
penyakit (Infeksi) lebih sedikit mengandung lemak dan laktosa, lebih banyak,
mengandung vitamin dan lebih banyak mengandung mineral-mineral natrium (Na) dan
seng (Zn). Dimana susu sapi mengandung sekitar tiga kali lebih banyak protein
daripada ASI. Sebagian besar dari protein tersebut adalah kasein, dan sisanya
berupa protein whey yang larut. Kandungan kasein yang tinggi akan membentuk
gumpalan yang relatif keras dalam lambung bayi. Bila bayi diberi susu sapi,
sedangkan ASI walaupun mengandung lebih sedikit total protein, namun bagian
protein “whey”nya lebih banyak, sehingga akan membetuk gumpalan yang lunak dan
lebih mudah dicerna serta diserapoleh usus bayi. Sekitar setengah dari energi
yang terkandung dalam ASI berasal dari lemak, yang lebih mudah dicerna dan
diserap oleh bayi dibandingkan dengan lemak susu sapi, sebab ASI mengandung
lebih banyak enzim pemecah lemak (lipase). Kandungan total lemak sangat
bervariasi dari satu ibu ke ibu lainnya, dari satu fase lakatasi air susu yang
pertama kali keluar hanya mengandung sekitar 1 – 2% lemak dan terlihat encer.
Air susu yang encer ini akan membantu memuaskan rasa haus bayi waktu mulai
menyusui. Air susu berikutnya disebut “Hand milk”, mengandung sedikitnya tiga
sampai empat kali lebih banyak lemak. Ini akan memberikan sebagian besar energi
yang dibutuhkan oleh bayi, sehingga penting diperhatikan agar bayi, banyak
memperoleh air susu ini.
Laktosa (gula susu) merupakan satu-satunya karbohidrat yang
terdapat dalam air susu murni. Jumlahnya dalam ASI tak terlalu bervariasi dan
terdapat lebih banyak dibandingkan dengan susu sapi. Disamping fungsinya
sebagai sumber energi, juga didalam usus sebagian laktosa akan diubah menjadi
asam laktat. Didalam usus asam laktat tersebut membantu mencegah pertumbuhan
bakteri yang tidak diinginkan dan juga membantu penyerapan kalsium serta
mineral-mineral lain.
ASI mengandung lebih sedikit kalsium daripada susu sapi
tetapi lebih mudah diserap, jumlah ini akan mencukupi kebutuhan untuk
bahan-bahan pertama kehidupannya ASI juga mengandung lebih sedikit natrium,
kalium, fosfor dan chlor dibandingkan dengan susu sapi, tetapi dalam jumlah
yang mencukupi kebutuhan bayi.Apabila makanan yang dikonsumsi ibu memadai,
semua vitamin yang diperlukan bayi selama empat sampai enam bulan pertama
kehidupannya dapat diperoleh dari ASI.
Hanya sedikit terdapat vitamin D dalam lemak susu, tetapi penyakit polio jarang
terjadi pada aanak yang diberi ASI, bila kulitnya sering terkena sinar
matahari. Vitamin D yang terlarut dalam air telah ditemukan terdapat dalam
susu, meskipun fungsi vitamin ini merupakan tambahan terhadap vitamin D yang
terlarut lemak.
2.9 Hal-hal
yang mempengaruhi produksi ASI
2.9.1 Makanan
Ibu
Makanan yang dimakan seorang ibu yang
sedang dalam masa menyusui tidak secara langsung mempengaruhi mutu ataupun
jumlah air susu yang dihasilkan. Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai zat
gizi yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi jika
makanan ibu terus menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu
pada akhirnya kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam buah dada ibu tidak akan
dapat bekerja dengan sempurna, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi
ASI.
Unsur gizi dalam 1 liter ASI setara
dengan unsur gizi yang terdapat dalam 2 piring nasi ditambah 1 butir telur.
Jadi diperlukan kalori yang setara dengan jumlah kalori yang diberikan 1 piring
nasi untuk membuat 1 liter ASI. Agar Ibu menghasilkan 1 liter ASI diperlukan
makanan tamabahan disamping untuk keperluan dirinya sendiri, yaitu setara
dengan 3 piring nasi dan 1 butir telur. Apabila ibu yang sedang menyusui
bayinya tidak mendapat tambahan makanan, maka akan terjadi kemunduran dalam
pembuatan ASI. Terlebih jikapada masa kehamilan ibu juga mengalami kekurangan
gizi. Karena itu tambahan makanan bagi seorang ibu yang sedang menyusui anaknya
mutlak diperlukan. Dan walaupun tidak jelas pengaruh jumlah air minum dalam
jumlah yang cukup. Dianjurkan disamping bahan makanan sumber protein seperti
ikan, telur dan kacang-kacangan, bahan makanan sumber vitamin juga diperlukan
untuk menjamin kadar berbagai vitamin dalam ASI.
2.9.2 Ketentraman
Jiwa dan Pikiran
Pembuahan air susu ibu sangat
dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang selalu dalam keadaan gelisah, kurang
percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk ketegangan emosional, mungkin
akan gagal dalam menyusui bayinya. Pada ibu ada 2 macam reflek yang menentukan
keberhasilan dalam menyusui bayinya, reflek tersebut adalah:
a.
Reflek
Prolaktin
Reflek ini secara hormonal untuk
memproduksi ASI. Waktu bayi menghisap payudara ibu, terjadi rangsangan
neorohormonal pada putting susu dan aerola ibu. Rangsangan ini diteruskan ke
hypophyse melalui nervus vagus, terus kelobus anterior. Dari lobus ini akan
mengeluarkan hormon prolaktin, masuk ke peredaran darah dan sampai pada
kelenjar –kelenjar pembuat ASI. Kelenjar ini akan terangsang untuk menghasilkan
ASI.
b.
Let-down
Refleks (Refleks Milk Ejection)
Refleks ini membuat memancarkan ASI
keluar. Bila bayi didekatkan pada payudara ibu, maka bayi akan memutar
kepalanya kearah payudara ibu. Refleks memutarnya kepala bayi ke payudara ibu
disebut :”rooting reflex (reflex menoleh). Bayi secara otomatis menghisap
putting susu ibu dengan bantuan lidahnya. Let-down reflex mudah sekali
terganggu, misalnya pada ibu yang mengalami goncangan emosi, tekanan jiwa dan
gangguan pikiran. Gangguan terhadap let down reflex mengakibatkan ASI tidak
keluar. Bayi tidak cukup mendapat ASI dan akan menangis. Tangisan bayi ini
justru membuat ibu lebih gelisah dan semakin mengganggu let down reflex.
2.9.3 Penggunaan
alat kontrasepsi yang mengandung estrogen dan
progesteron.
Bagi ibu yang dalam masa menyusui tidak
dianjurkan menggunakan kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen, karena
hal ini dapat mengurangi jumlah produksi ASI bahkan dapat menghentikan produksi
ASI secara keseluruhan oleh karena itu alat kontrasepsi yang paling tepat
digunakan adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yaitu IUD atau spiral.
Karena AKDR dapat merangsang uterus ibu sehingga secara tidak langsung dapat
meningkatkan kadar hormon oxitoksin, yaitu hormon yang dapat merangsang
produksi ASI.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
ASI merupakan malanan alamiah yang pertama dan utama bagi
bayi baru lahir. ASI dapat memenuhi kebutuhan bayi akan energi dan gizi selama
4-6 bulan pertama kehidupannya, sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang
optimal. Selain sebagai sumber energi dan zat gizi, pemberian ASI juga
merupakan media untuk menjalin hubungan psikologis antara ibu dan bayinya. Hubungan
ini akan menghantarkan kasih sayang dan perlindungan ibu kepada bayinya serta
memikat kemesraan bayi terhadap ibunya, sehingga terjalin hubungan yang
harmonis dan erat. Namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui bayinya atau
menghentikan menyusui lebih dini. Untuk itu dalam Bab pembahasan ini akan
dibahas “Mengapa ASI Ekslusif tidak diberikan, dan kemungkinan faktor-faktor
yang mempengaruhi tidak diberikannya ASI Ekslusif.”
Penelitian dan pengamatan yang dilakukan diberbagai daerah
menunjukkan dengan jelas adanya kecenderungan meningkatkannya jumlah ibu yang
tidak menyusui bayi ini dimulai di kota terutama pada kelomopk ibu dan keluarga
yang berpenghasilan cukup, yang kemudian menjalar ke daerah pinggiran kota dan
menyebar sampai ke desa-desa.
Sering juga ibu tidak menyusui bayinya karena terpaksa, baik
karena faktor intern dari ibu seperti terjadinya bendungan ASI yang
mengakibatkan ibu merasa sakit sewaktu bayinya menyusu, luka-luka pada putting
susu yang sering menyebabkan rasa nyeri, kelainan pada putting susu dan adanya
penyakit tertentu seperti tuberkolose, malaria yang merupakan alasan untuk
tidak menganjurkan ibu menyusui bayinya, demikian juga ibu yang gizinya tidak
baik akan menghasilkan ASI dalam jumlah yang relatif lebih sedikit dibandingkan
ibu yang sehat dan gizinya baik.
Disamping itu juga karena faktor dari pihak bayi seperti
bayi lahir sebelum waktunya (prematur) atau bayi lahir dengan berat badan yang
sangat rendah yang mungkin masih telalu lemah abaila mengisap ASI dari payudara
ibunya, serta bayi yang dalam keadaan sakit. Memburuknya gizi anak dapat juga
terjadi akibat ketidaktahuan ibu mengenai cara – cara pemberian ASI kepada
anaknya. Berbagai aspek kehidupan kota telah membawa pengaruh terhadap banyak
para ibu untuk tidak menyusui bayinya, padahal makanan penganti yang bergizi
tinggi jauh dari jangkauan mereka. Kurangnya pengertian dan pengertahuuan ibu
tentang manfaat ASI dan menyusui menyebabkan ibu – ibu mudah terpengaruh dan
beralih kepada susu botol (susu formula).Kesehatan/status gizi bayi/anak serta
kelangsungan hidupnya akan lebih baik pada ibu- ibu yang berpendidikan rendah.
Hal ini karena seorang ibu yang berpendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan
yang luas serta kemampuan untuk menerima informasi lebih tinggi.
3.2 Saran
3.2.1 Pembaca
harus mengerti yang dimaksud dari ASI dan kelebihan serta aspek- aspek yang
mendukung dari pemerian ASI itu sendiri.
3.2.2 Ibu
– ibu harus lebih selektif dan lebih memahami kelebihan dari pemberian ASI
secara Eksklusif dan mengetahui manfaat dan proses terbentuknya ASI.
3.2.3 Pemerintah
dalam hal ini petugas kesehatan dari berbagai tingkat harus lebih bergairah
mengikuti perkembangan ilmu kedokteran dan kesehatan. Konsep baru tentang
pemberian ASI dan mengenai hal – hal yang berhubungan dengan ibu hamil, ibu
bersaliin, ibu menyusui dan bayi baru lahir.
3.2.4 Para
Kepala/Penaggung jawab ruang bersalin dan perawatan dirumah sakit, rumah
bersalin sebaiknya tidak memberikan susu botol pada bayi baru lahir ataupun
mengusahakan agar ibu mampu memberikan ASI kepada bayinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar