Family

Family

Minggu, 29 Maret 2015

Makalah Askep Katarak



BAB I
PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang
Katarak merupakan penyebab kebutaan nomor satu di dunia. Indonesia memiliki angka penderita katarak tertinggi di Asia Tenggara. Dari sekitar 234 juta penduduk, 1,5 persen atau lebih dari tiga juta orang menderita katarak. Sebagian besar penderita katarak adalah lansia berusia 60 tahun ke atas. Lansia yang mengalami kebutaan karena katarak tidak bisa mandiri dan bergantung pada orang yang lebih muda untuk mengurus dirinya.

Berdasarkan survei kesehatan indera penglihatan dan pendengaran tahun 1993-1996, menunjukkan angka kebutaan di Indonesia sebesar 1,5%, dengan penyebab utama adalah katarak (0,78%); glaukoma (0,20%); kelainan refraksi (0,14%); dan penyakit-penyakit lain yang berhubungan dengan lanjut usia (0,38%).

Dibandingkan dengan negara-negara di regional Asia Tenggara, angka kebutaan di Indonesia adalah yang tertinggi (Bangladesh 1%, India 0,7%, Thailand 0,3%). Sedangkan insiden katarak 0,1% (210.000 orang/tahun), sedangkan operasi mata yang dapat dilakukan lebih kurang 80.000 orang/ tahun. Akibatnya timbul backlog (penumpukan penderita) katarak yang cukup tinggi. Penumpukan ini antara lain disebabkan oleh daya jangkau pelayanan operasi yang masih rendah, kurangnya pengetahuan masyarakat, tingginya biaya operasi, serta ketersediaan tenaga dan fasilitas pelayan kesehatan mata yang masih terbatas.

Maka dari itu kami terdorong untuk menyusun makalah ini, sehingga dapat menambah pengetahuan kita tentang insiden katarak itu sendiri.



1.2       Rumusan Masalah
1.2.1    Apa Definisi, Etiologi dan Patofisiologi Katarak ?
1.2.2    Bagaimana pengkajian pada klien Katarak ?
1.2.3    Diagnosa Keperawatan apa yang muncul pada Klien Katarak dan Intervensinya ?

1.2       Tujuan Penulisan
1.2.1    Tujuan Umum
            Mahasiswa mengetahui gambaran secara umum tentang asuhan keperawatan pada klien dengan katarak.
1.2.2    Tujuan Khusus
a.                  Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan katarak.
b.                  Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada klien dengan katarak.
c.                   Mahasiswa mampu menyusun intervensi keperawatan pada klien dengan katarak.
d.                  Mahasiswa mampu menerapkan implementasi keperawatan pada klien dengan katarak.







BAB II
PEMBAHASAN
2.1       Pengertian
            Katarak merupakan keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di dalam kapsul lensa (Sidarta Ilyas, 1998)
            Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari 65 tahun (Marilynn Doengoes, dkk. 2000).
            Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat proses penuaan dapat timbul pada saat kelahiran (katarak congenital). Dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul, penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemis seperti diabetes mellitus atau hipoparatiroidisme, pemejanan radiasi, pemajanan yang lama sinar mata hari (sinar ultra violet), atau kelainan mata lain seperti uveitis anterior. (Brunner & suddart, 2001)
2.2       Etiologi
Beberapa pandangan teoritis oleh beberapa ahli tentang penjabaran penyebab terjadinya penyakit (etiologi) katarak :
2.2.1    Penyebab dari katarak adalah usia lanjut (senile) tapi dapat terjadi secara kongenital akibat infeksi virus dimasa pertumbuhan janin, genetik, dan gangguan perkembangan, kelainan sistemik, atau metabolik, seperti diabetes melitus, galaktosemi, atau distrofi mekanik, traumatik: terapi kortikosteroid, sistemik, rokok, dan konsumsi alkohol meningkatkan resiko katarak (Mansjoer,2000).

2.2.2    Penyebab utama katarak adalah penuaan. Anak dapat menerima katarak yang biasanya merupakan penyakit yang sedang diturunkan, peradangan dalam kehamilan. Faktor lain yaitu diabetes mellitus dan obat tertentu, sinar UV B dari cahaya matahari, efek racun, rokok, dan alkohol, gizi kurang vitamin E dan radang menahun didalam bola mata, serta adanya cidera mata (Ilyas,1997).

2.2.3    Katarak terjadi akibat proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak kongenital) dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam/tumpul, penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemis, seperti dibetes melitus atau hiperparatiroidisme, pemajanan radiasi, pemajanan sinar matahari (sinar ultraviolet) atau kelainan mata lain seperti uveitis anterior (Smeltzer,2002).
2.2.4    Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas. Akan tetapi, katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada saat hamil muda.
Penyebab katarak lainnya meliputi :
a.                  Faktor keturunan.
b.                  Cacat bawaan sejak lahir. (congenital)
c.                   Masalah kesehatan, misalnya diabetes.
d.                  Operasi mata sebelumnya.
e.                  Trauma (kecelakaan) pada mata.
f.                    Faktor-faktor lainya yang belum diketahui.
2.3       Klasifikasi
Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :
2.3.1         katarak kongenital, katarak yang terlihat pada usia di bawah 1 tahun
2.3.2         katarak juvenil, katarak yang terlihat pada usia di atas 1 tahun dan di bawah 40 tahun
2.3.3         katarak presenil, yaltu katarak sesudah usia 30 - 40  tahun
2.3.4         katarak senil, yaitu katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40 tahun.

2.4       Patofisiologi
            Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nucleus, diperifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nekleus mengalami perubahan warna menjadi cokelat kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri dianterior dan posterior nucleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna nampak seperti cristal salju pada jendela. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa menyebabkan hilangnya transparansi. Perubahan pada serabut halus múltiple (zunula) yang memanjang dari badan silier kesekitar daerah diluar lensa, misalnya, dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influís air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain menyebutkan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang tenderita katarak.
            Katarak biasanya terjadi di lateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemas, seperti diabetes, Namun sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak berkembang secara kronik dan “matang” ketika orang memasuki dekade ke tujuh. Katarak dapat bersifat kongenitaldan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Factor yang paling sering berperan dalam terjadinya katrak meliputi radiasi sinar ultra violet B, obat-obatan, alcohol, merokok, diabetes, dan asupan vitamin anti oxidan yang kurang dalam jangka waktu lama
            Lensa berisi 65% air, 35% protein, dan mineral penting. Katarak merupakan kondisi penurunan ambulan oksigen, penurunan air, peningkatan kandungan kalsium dan berubahnya protein yang dapat larut menjadi tidak dapat larut. Pada proses penuaan ,lensa secara bertahap kehilangan air dan mengalami peningkatan dalam usuran dan densitasnya.Peningkatan densitas diakibatkan oleh kompresi central serat lensa yang lebih tua. Saat serat lensa yang baru diproduksi dikortek, serat lensa ditekan menjadi central. Serat-serat lensa yang padat lama-lam menyebabkan hilangnya tranparansi lensa yang tidak terasa nyeri dan sering bilateral. Selain itu, berbagai penyebab katarak diatas menyebabkan ganguan metabolisme pada lensa mata. Gangguan metabolisme ini, menyebabkan perubahan kandungan bahan-bahan yang ada didalam lensa yang pada akhirnya menyebabkan kekeruhan lensa. Kekeruhan dapat berkembang diberbagai bagian lensa atau kapsulnya. Pada gangguan ini sinar yang masuk melalui kornea dihalangi oleh lensa yang keruh atau buram. Kondisi ini mengaburkan bayangan semu yang sampai pada retina. Akibatnya otak menginterprestasikan sebagai bayangan yang berkabut. Pada katarak yang tidak diterapi, lensa mata menjadi putih susu, kemudian berubah kuning, bahkan menjadi coklat atau hitam dan klien mengalami kesulitan dalam membedakan warna (Diambil dari buku Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata,Ns.Indriana N. Istiqomah,S.Kep      
2.5       Tanda dan Gejala
Gejala umum gangguan katarak meliputi :
2.5.1         Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek
2.5.2         Peka terhadap sinar atau cahaya
2.5.3         Dapat melihat dobel pada satu mata
2.5.4         Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca
2.5.5         Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu
2.6       Pemeriksaan Diagnostik
2.6.1        Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.
2.6.2        Lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa tumor, karotis, glukoma.
2.6.3        Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
2.6.4        Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
2.6.5        Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe gllukoma
2.6.6        Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan.
2.6.7        Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
2.6.8        EKG, kolesterol serum, lipid
2.6.9        Tes toleransi glukosa : kotrol DM














BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1       Pengkajian
3.1.1    Identitas Klien, meliputi :
            Nama, Umur, Jenis Kelamin, Agama, Status Perkawinan, Suku Bangsa, Pendidikan, Pekerjaan, Tgl. Masuk RS, No. Register Serta Penanggung Jawab.
3.1.2    Keluhan utama           
.1.3      Riwayat Kesehatan
a.                  Riwayat kesehatan Sekarang
b.                  Riwayat Penyakit Dahulu
c.                   Riwayat Penyakit Keluarga
3.1.4    Pemeriksaan Fisik
a.                  Pola fungsi kesehatan
ü  Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan :
ü  Pola nutrisi dan metabolisme
ü  Pola eliminasi
ü  Pola aktivitas dan latihan
ü  Pola istirahat dan tidur
ü  Pola kognitif dan persepsi
ü  Persepsi diri dan konsep diri
ü  Pola peran hubungan
ü  Pola koping dan toleransi aktivitas
ü  Keyakinan dan kepercayaan
b.                  Pemeriksaan fisik
ü  Keadaan umum
ü  Tanda-tanda vital
ü  Kulit
ü  Kepala :
ü  Mata
ü  Telinga
ü  Hidung dan sinus
ü  Mulut dan tenggokan
ü  Leher
ü  Thorak/paru
ü  Jantung
ü  Abdomen
ü  Ekstremitas
ü  Neurologis
3.2       Diagnosa Keperawatan
3.2.1         Gangguan sensori persepsi (penglihatan) b/d gangguan penerimaan sensori/status organ indra penglihatan
3.2.2         Resiko Cedera   b/d Disfungsi Sensori Penglihatan
3.2.3         Harga Diri Rendah Situasional b/d Hambatan Fungsi Penglihatan.
3.3       Intervensi NIC dan Hasil NOC
No.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan
Kriteria Hasil NOC
Intervensi NIC
1
Gangguan sensori persepsi (penglihatan) b/d gangguan penerimaan sensori / status organ indra penglihatan
- Setelah dilakukan tindakan  selama 3X24 jam diharapkan gangguan sensori persepsi dapat diatasi.
- Klien mampu mengambil tindakan pribadi untuk mengompensasi gangguan penglihatan.
- Klien mengetahui metode alternative untuk menjalani hidup dengan penuunan fungsi penglihatan.
- Membantu memberikan pelajaran dan penerimaan metode alternative untuk menjalani hidupdengan menjalani hidup dengan penurunan fungsi penglihatan.
- Meningkatkan kenyamanan, keamanan dan orientasi realitas pasien yang mengalami keyakinan yang kuat dan salah yang tidak sesuai gengan kenyataan.
- Memanipulasi lingkungan sekitar pasien untuk manfaat terapeutik.
- Mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk mencegah atau meminimalkan komplikasi neurologis.

2
Ketakutan b/d Kehilangan pandangan komplek.
- Setelah dilakukan tindakan  selama 3X24 jam diharapkan Klien tampak tenang.
- Mencari informasi untuk menurunkan ketakutan.
- Menghindari sumber ketakutan bila mungkin.
- Memberikan informasi factual tentang diagnosis, pengobatan dan prognosa.
- Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.
- Anjurkan pasien tentang penggunaan tehnik relaksasi.
- Menilai tanda – tanda verbal dan kecemasan nonverbal


3
Resiko Cedera   b/d Disfungsi Sensori  penglihatan
- Klien terbebas dari Cedera.
- Klien mampu mengatasi factor resiko dari lingkungan / perilaku personal.
- Mampu memodifikasi gaya hidup untuk mencegah Injury.
- Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
- Mampu mengenali perubahan status kesehatan
Manajemen Lingkungan :
- Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien.
- Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien.
- Menghindarkan lingkungan yang berbahaya / memindahkan perabotan yg berbahaya
- Menyediakan tempat tidut yang nyaman dan bersih.












BAB IV
PENUTUP
4.1       Kesimpulan
              Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang mengakibatkan pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di dalam mata, seperti melihat air terjun menjadi kabur atau redup, mata silau yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif.  Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.  Temuan objektif biasanya meliputi pengembunann seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop.
              Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina.  Hasilnya adalah pendangan di malam hari. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih.

4.2       Saran
Dengan makalah ini diharapkan pembaca khususnya mahasiswa keperawatan dapat mengerti dan memahami serta menambah wawasan tentang Asuhan keperawatan pada klien dengan Katarak.





DAFTAR PUSTAKA

Buku Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosis medis & NANDA (North American Nursing Diagnosis Association) NIC-NOC Edisi revisi jilid 2 tahun 2013.
Buku saku Diagnosis keperawatan edisi 9 Diagnosis Nanda Intervensi NIC dan Kriteria hasil NOC Judith M.Wilkinson dan Nanchy R.Ahern
Buku Nanda international diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2012-2014
Buku Kapita selekta kedokteran edisi ketiga jilid 1 editor Arif Mansjoer, Kuspuji Triyanti, Rakhmi Savitri, Wahyu Ika Wardani dan Wiwiek Setiowulan.

1 komentar: