Family

Family

Selasa, 10 Desember 2013

Makalah Askep Hipotiroid



KATA PENGANTAR
            Penulis Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga makalah yang membahas tentang MAKALAH ASKEP HIPOTIROIDISME” dapat selesai tepat pada waktunya sebagai salah satu tugas dari mata kuliah SISTEM ENDOKRIN.
            Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari harapan pembaca yang mana di dalamnya masih terdapat berbagai kesalahan baik dari sistem penulisan maupun isi. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun sehingga dalam makalah berikutnya dapat diperbaiki serta ditingkatkan kualitasnya.
            Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

                                                                                         Kendari,     Nopember  2013

                                                                                                              Penulis



DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ……………………………………………………...................................                        i
DAFTAR ISI ……………………………………………………….............................................            ii
BAB I     PENDAHULUAN  ...............………………………….…………………………..……..           1
Latar Belakang ………………………………………………..................................           1
Rumusan Masalah ……………………………………………………………………......            2
Tujuan ………………..……………………………............................................... 2
Manfaat …………………………………………………………………………………........            2

BAB II    PEMBAHASAN .......................................................................……….            3
Pengertian  ...................................……………….....................................            3
Etiologi ...............................................................................................            4
Patofisiologi .......................................................................................            5
Penyimpangan KDM ..........................................................................            6
Manifestasi Klinis ...............................................................................            7
Komplikasi ...........................................................................................           7
Pengkajian …………………....................................................................            9
Diagnosa Keperawatan  ..................................................................           11
Intervensi  ……………………..................................................................          12

BAB III   PENUTUP  .........................................................................................           15
Kesimpulan  ......................................................................................            15
Saran  ................................................................................................           15

DAFTAR PUSTAKA  ..........................................................................................          16

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk mempengaruhi organ-organ lain (Alvyanto, 2010).
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya, medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal dari saraf (neural). Jika keduanya dihancurkan atau diangkat, maka fungsi dari kedua kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf.
Dalam system endokrin terbagi atas dua bagian yaitu system endokrin dan system eksokrim. System eksokirm merupakan system yang mengeluarkan enzim pada permukaan tubuh seperti kulit, dan dinding pembuluh darah. System endokrin membahas tentang system pengeluaran enzim ke dalam organ- organ dalam tubuh seperti ginjal, hati, pancreas, pembuluh darah, dll. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh system endokrin ini diantaranya adalah hipotiroidisme. Merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kelenjar tyroid dalam menghasilkan hormone T3 ( triodotironin ) dan t4 (tiroksin). Penyakit ini merupakan salah satu penyakit autoimun yang dapat menyerang pada manusia utamanya pada  laki-laki. Penyakit ini juga salah satu penyakit yang dapat menyebabkan kematian pada stadium lanjut.
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas maka penulis dalam pembahasan makalah ini membahas lebih lanjut tentang penyakit hipotiroidisme serta asuhan keperawatan secara mendasar sehingga kita dapat mengetahui secara dini tentang penyakit ini dan cara perawatannya.


1.2  Rumusan Masalah
1.2.1   Apa definisi Hipotiroidisme?
1.2.2   Jenis-jenis Hipotiroidisme?
1.2.3   Apa Etiologi/Penyebab Hipotiroidisme?
1.2.4   Asuhan Keperawatan Hipotiroidisme?

1.3  Tujuan
1.3.1   Mengetahui  pengertian Hipotiroidisme.
1.3.2   Mengetahui  jenis-jenis Hipotiroidisme.
1.3.3   Mengetahui  penyebab Hipotiroidisme.
1.3.4   Mengetahui  asuhan keperawatan Hipotiroidisme.

1.4  Manfaat
1.4.1   Makalah ini bermanfaat bagi pembaca untuk mengembangkan dan paham akan perawatan Hipotiroidisme.
1.4.2   Dengan melakukan pembutan makalah ini, penulis dapat mengetahui dan memahami secara spesifik tentang Hipotiroidisme.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1   Konsep Medis
2.1.1   Definisi
           Hipotiroidisme adalah suatu atau beberapa kelainan structural atau fungsional dari kelenjar tiroid sehingga sintesis dari hormone-hormone tiroid menjadi isufisiensi (Haznam, M.W, 1991: 149).
           Hipotiroidisme merupakan kelainan yang disebabkan berkurangnya fungsi kelenjar tiroid (Ranakusuma, B, 1992:35).
           Hipotiroidisme adalah suatu keadaan hipometabolik akibat defisiensi hormone tiroid yang dapat terjadi pada setiap umur (Long, Barbara.C, 1996:102).
           Hipotiroid adalah penurunan sekresi hormon kelenjar tiroid sebagai akibat kegagalan mekanisme kompensasi kelenjar tiroid dalam memenuhi kebutuhan jaringan tubuh akan hormon - hormon tiroid . (Hotma Rumahorbo S.kep,1999).
           Hipertiroidisme adalah suatu sindrome klinis akibat dari defisiensi hormon tiroid yang mengakibatkan fungsi metabolik. (Greenspan, 2000).
           Hipotiroidisme adalah tiroid yang hipoaktif yang terjadi bila kelenjar tiroid berhenti atau kurang memproduksi hormon tiroksin (Semiardji, Gatut, 2003:14).
           Jadi Hipotiroidisme (hiposekresi hormone tiroid) adalah status metabolic yang di akibatkan oleh kekurangan hormone tiroid. Hipotiroidisme kognital dapat mengakibatkan kretinisme.

2.1.2   Klasifikasi
Secara klinis dikenal 3 hipotiroidisme, yaitu :
a.  Hipotiroidisme sentral, karena kerusakan hipofisis atau hypothalamus
b.  Hipotiroidisme primer apabila yang rusak kelenjar tiroid
c.  Karena sebab lain, seperti farmakologis, defisiensi yodium, kelebihan yodium, dan resistensi perifer.
Yang paling banyak ditemukan adalah hipotiroidisme primer. Oleh karena itu, umumnya diagnosis ditegakkan berdasar atas TSH meningkat dan fT4 turun. Manifestasi klinis hipotiroidisme tidak tergantung pada sebabnya.

2.1.3   Etiologi
Etiologi dari hipotiroidisme dapat digolongkan menjadi tiga tipe yaitu
a.  Hipotiroid primer
         Mungkin disebabkan oleh congenital dari tyroid (kretinism), sintesis hormone yang kurang baik, defisiensi iodine (prenatal dan postnatal), obat anti tiroid, pembedahan atau terapi radioaktif untuk hipotiroidisme, penyakit inflamasi kronik seperti penyakit hasimoto, amylodosis dan sarcoidosis.
b.  Hipotiroid sekunder
         Hipotiroid sekunder berkembang ketika adanya stimulasi yang tidak memadai dari kelenjar tiroid normal, konsekwensinya jumlah tiroid stimulating hormone (TSH) meningkat. Ini mungkin awal dari suatu mal fungsi dari pituitary atau hipotalamus. Ini dapat juga disebabkan oleh resistensi perifer terhadap hormone tiroid.
c.  Hipotiroid tertier/ pusat
         Hipotiroid tertier dapat berkembang jika hipotalamus gagal untuk memproduksi tiroid releasing hormone (TRH) dan akibatnya tidak dapat distimulasi pituitary untuk mengeluarkan TSH. Ini mungkin berhubungan dengan suatu tumor/ lesi destruktif lainnya diarea hipotalamus.Ada dua bentuk utama dari goiter sederhana yaitu endemic dan sporadic. Goiter endemic prinsipnya disebabkan oleh nutrisi, defisiensi iodine. Ini mengalah pada “goiter belt” dengan karakteristik area geografis oleh minyak dan air yang berkurang dan iodine.

Sporadik goiter tidak menyempit ke area geografik lain. Biasanya disebabkan oleh :
a.   Kelainan genetic yang dihasilkan karena metabolisme iodine yang salah .
b.  Ingesti dari jumlah besar nutrisi goiterogen ( agen produksi goiter yang menghambat produksi T4 ) seperti kobis, kacang, kedelai , buah persik, bayam, kacang polong, Strowbery, dan lobak. Semuanya mengandung goitogenik glikosida
c.  Ingesti dari obat goitrogen seperti thioureas ( Propylthiracil ) thocarbomen, ( Aminothiazole, tolbutamid ).

2.1.4   Patofisiologi
           Kelenjar tiroid membutuhkan iodine untuk sintesis dan mensekresi hormone tiroid. Jika diet seseorang kurang mengandung iodine atau jika produksi dari hormone tiroid tertekan untuk alasan yang lain, tiroid akan membesar sebagai usaha untuk kompendasi dari kekurangan hormone. Pada keadaan seperti ini, goiter merupakan adaptasi penting pada suatu defisiensi hormone tiroid. Pembesaran dari kelenjar terjadi sebagai respon untuk meningkatkan respon sekresi pituitary dari TSH. TSH menstimulasi tiroid untuk mensekresi T4 lebih banyak, ketika level T4 darah rendah. Biasanya, kelenjar akan membesar dan itu akan menekan struktur di leher dan dada menyebabkan gejala respirasi disfagia.
           Penurunan tingkatan dari hormone tiroid mempengaruhi BMR secara lambat dan menyeluruh. Perlambatan ini terjadi pada seluruh proses tubuh mengarah pada kondisi achlorhydria (pennurunan produksi asam lambung), penurunan traktus gastrointestinal, bradikardi, fungsi pernafasan menurun, dan suatu penurunan produksi panas tubuh.
           Perubahan yang paling penting menyebabkan penurunan tingkatan hormone tiroid yang mempengaruhi metabolisme lemak. Ada suatu peningkatan hasil kolesterol dalam serum dan level trigliserida dan sehingga klien berpotensi mengalami arteriosclerosis dan penyakit jantung koroner. Akumulasi proteoglikan hidrophilik di rongga interstitial seperti rongga pleural, cardiac, dan abdominal sebagai tanda dari mixedema.
           Hormon tiroid biasanya berperan dalam produksi sel darah merah, jadi klien dengan hipotiroidisme biasanya menunjukkan tanda anemia karena pembentukan eritrosit yang tidak optimal dengan kemungkinan kekurangan vitamin B12 dan asam folat.

2.1.5   Perjalanan penyakit hipotiroid terhadap KDM
Defisiensi iodium, disfungsi hiposis, disfungsi  TRH hipotalamus.
Penekanan produksi H. Tiroid (Hipotiroidisme)
TSH merangsang Kel. Tiroid untuk mensekresi
Kel. Tiroid membesar
Menekan struktur dileher dan dada
Disfagia gangguan respirasi
Depresi ventrilasi
KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAFAS
Laju BMR lambat
GANGGUAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH
Penurunan produksi panas
PERUBAHAN SUHU TUBUH (HIPOTERMI)
Kekurangan Vit. B12 dan Asam folat
Pembentukan eritrosit tidak optimal
Produksi SDM menurun
Anemia
Kelemahan
INTOLERANSI AKTIVITAS
Achlorhydria
Penurunan mortilitas tubuh
Penurunan fungsi GI
KONSTIPASI
 
 

2.1.6   Manifestasi Klinis
a.  Kulit dan rambut
ü  Pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal
ü  Kulit kering, pecah-pecah, bersisik dan menebal
b.  Muskuloskeletal
ü  Artralgia dan efusi synovial
c.  Kardiorespiratorik
ü  Efusi pericardial (sedikit, temponade sangat jarang)
ü  Penyakit jantung iskemic
ü  Efusi pleural
ü  Dispnea
d.  Gastrointestinal
ü  Konstipasi, anoreksia, peningkatan BB, distensi abdomen
ü  Obstruksi usus oleh efusi peritoneal
e.  Renalis
ü  Retensi air (volume plasma berkurang)
f.   Sistem reproduksi
ü  Pada perempuan terjadi perubahan menstruasi seperti amenore / masa menstruasi yang memanjang, menoragi dan galaktore dengan hiperprolaktemi
ü  Penurunan libido
ü  Gangguan fertilitas
g.  Metabolik
ü  Penurunan metabolic basal.
ü  Penurunan suhu tubuh.
ü  Intoleran terhadap dingin
h.  Sistem neurologi, emosi dan psikologi.
ü  Fungsi intelektual lambat.
ü  Berbicara lambat dan terbbata-bata.
ü  Gangguan memori.
2.1.7     Pemeriksaan Penunjang :
a.   Pemeriksaan kadar T3 dan T4.
b.   Pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi peningkatan TSH serum, sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat menurun)
c.   Pemeriksaan USG : Pemeriksaan ini bertujuan untuk memberikan informasi yang tepat tentang ukuran dan bentuk kelenjar tiroid dan nodul.

2.1.8   Komplikasi
Penyakit yang sering muncul akibat hipotiroidisme adalah
a.   Penyakit Hashimoto
      Disebut tiroiditis otoimun, terjadi akibat otoantobodi yang merusak jaringan tiroid. Ini menyebabkan penurunan HT disertai peningkatan kadar TSH dan TRH akibat umpan balik negatif yang minimal.
b.      Gondok Endemic
      Hipotiroid akibat defisiensi iodium dalam makanan. Ini terjadi karena sel-sel tiroid menjadi aktif berlebihan dan hipertrofik dalam usaha untuk menyerap semua iodium yang tersisa dalam darah. Kadar HT yang rendah akan disertai kadar TSH dan TRH yang tinggi karena minimnya umpan balik.
c.       Karsinoma Tiroid
         Karsinoma Tiroid dapat terjadi akibat terapi tiroidektomi, pemberian obat penekan TSH atau terapi iodium radioaktif untuk menghancurkan jaringan tiroid. Terapi- terapi tersebut akan merangsan proliferasi dan hiperplasia sel tiroid.
 
2.2   Konsep Keperawatan
2.2.1   Pengkajian
a.   Identitas klien
         Meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit (MRS), nomor register, dan diagnosis medis.
b.   Riwayat penyakit sekarang.
         Apakah ada keluhan terdapat benjolan di leher depan dan nyeri saat ditekan.
c.   Riwayat penyakit dahulu.
         Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat penyakit. Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut. Apakah dulu pernah kena penyakit yang sama atau tidak, atau penyakit lainnya.
d.   Riwayat penyakit keluarga
         Riwayat kesehatan klien dan keluarga. Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama atau tidak.
e.   Riwayat psiko-sosio
         Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga. Apakah ada dampak yang timbul pada klien,yaitu timbul seperti ketakutan akan kecacatan,rasa cemas,rasa ketidak mampuan untuk melakukan aktifitas secara optimal dan pandangan terhadap dirinya yang salah.
f.    Kebiasaan hidup sehari-hari seperti:
ü  Pola makan
Mengkonsumsi makanan yang kadar yodiumnya rendah, dan nafsu makan menurun
ü  Pola tidur
Pasien sering tidur larut malam
ü  Pola aktivitas
Pasien terlalu memforsir pekerjaan sehingga sering mengeluh kelelahan

2.2.2   Diagnosa Keperawatan
a.   Intoleran aktifitas.
b.   Hipotermi.
c.   Konstipasi.
d.   Ketidakefektifan Pola nafas.
e.   Nutrisi, ketidakseimbangan : Kurang dari kebutuhan tubuh.

2.2.3   Intervensi Keperawatan.
No.
Diagnosa Keperawatan
NOC
NIC

a.

Intoleransi Aktifitas.
Faktor yang berhubungan :
Kelelahan dan penurunan proses Kognitif.

·      Konservasi energi.
·      Toleransi aktivitas.
·      Perawatan diri.
Kriteria hasil :
·       Berpatisipasi dalam aktivitas fisik.
·      Mampu melakukan aktivitas sehari – hari secara mandiri.

Terapi aktivitas :
·      Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan.
·      Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan social.
·      Bantu untuk mengidentivikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan.
·      Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai.




b.

Hipotermi
Faktor yang berhubungan :
Penurunan metabolisme.

·      Termoregulasi.
·      Tanda – tanda vital.
 Kriteria hasil :
·       Suhu tubuh dalam rentang normal.
·      Nadi dan respirasi dalam rentang normal.

Pengaturan Suhu :
·      Monitor suhu minimal tiap 2 jam.
·      Tingkatkan intake cairan dan nutrisi.
·      Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh.
Pemantauan tanda vital :
·      Monitor TD, nadi, suhu dan respirasi.
·      Monitor suara parau dan pola pernapasan abnormal.
·      Monitor suhu, warna dan kelembaban kulit.


c.


Konstipasi
Faktor yang berhubungan :
Penurunan fungsi Gastrointestinal.






·      Hidrasi.
·      Defekasi.
Kriteria hasil :
·      Mempertahankan bentuk feses lunak setiap 1-3 hari.
·      Bebas dari ketidaknyamanan dan konstipasi.
·      Mengidentifikasi indikasi untuk mencegah konstipasi.
·      Feses lunak dan berbentuk.


Manajemen konstipasi :
·      Monitor tanda dan gejala konstipasi.
·      Monitor feses : frekuensi, konsistensi dan volume.
Kolaborasi :
·      Memberikan anjuran pemakaian obat nyeri sebelum defekasi untuk memfasilitasi pengeluaran feses tanpa nyeri.

d.

Ketidakefektifan pola napas
Faktor yang berhubungan :
Depresi ventilasi

·      Status respirasi : Ventilasi.
·      Status tanda – tanda vital.
Kriteria hasil :
·      Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal).
·      Tanda – tanda vital dalam rentang normal.


Manajemen jalan nafas :
·      Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
·      Berikan aroma terapi untuk melegakan jalan nafas.
·      Monitor pola pernapasan abnormal.
·      Monitor tanda – tanda vital.

e.

Nutrisi, ketidakseimbangan : kurang  dari kebutuhan tubuh
Faktor yang berhubungan :
Lambatnya laju metabolisme tubuh.


·      Selera makan.
·      Status gizi.
·      Pengukuran biokimia.
Kriteria hasil :
·      Tidak adanya tanda – tanda malnutrisi.
·      Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas normal.

Manajemen nutrisi :
·      Membantu atau menyediakan asupan makanan dan cairan diet seimbang.
·      Pemberian makanan dan asupan gizi untuk mendukung proses metabolic pasien yang malnutrisi atau beresiko tinggi terhadap malnutrisi.
·      Membantu klien untuk makan.
·      Analisa data pasien untuk mencegah dan meminimalkan kurang gizi.
Manajemen/Pemantauan cairan/elektrolit :
·      Analisa data pasien untuk mengatur keseimbangan cairan/elektrolit.
·      Mengatur dan mencegah komplikasi akibat perubahan kadar cairan dan elektrolik.



BAB III
PENUTUP

3.1   Kesimpulan
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis tubuh.
Beberapa pasien dengan hipotiroidisme mempunyai kelenjar tiroid yang mengalami atrofi atau tidak mempunyai kelenjar tiroid akibat pembedahan atau ablasi radioisotope, atau  akibat destruksi oleh antibody autoimun yang beredar dalam sirkulasi. Cacat perkembangannya dapat juga menjadi penyebab tidak terbentuknya kelenjar tiroid pada kasus hipotiroidisme kongenital.
Hipotiroidism adalah suatu keadaan dimana kelenjar tirod kurang aktif dan menghasilkan terlalu sedikit hormone tiroid. Hipotiroid yang sangat berat disebut miksedema.
Hipotiroidism terjadi akibat penurunan kadar hormon tiroid dalam darah. Kelainan ini kadang-kadang disebut miksedema.

3.2   Saran
Dengan dibuatnya asuhan keperawatan pada klien yang mengalami gangguan endokrin hipotiroidsm ini diharapkan mahasiswa untuk lebih bisa memahami, mengetahui dan mengerti tentang cara pembuatan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami gangguan endokrin hipotiroidsme.


DAFTAR PUSTAKA
3.      Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnose medis & Nanda Nic Noc edisi revisi Jilid 1 tahun 2013.
4.      Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnose medis & Nanda Nic Noc edisi revisi Jilid 2 tahun 2013.
5.      Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi tahun 2012-1014.
6.      Buku saku diagnosis keperawatan edisi 9 oleh Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar